Abuya Amran Berharap Ulama Membuka Diri untuk Ajaran Berbeda

Abuya Syekh Amran Muda Wali Al-khalidi memberikan penjelasan tentang ajaran MPTT-I. Foto: dok.
Abuya Syekh Amran Muda Wali Al-khalidi memberikan penjelasan tentang ajaran MPTT-I. Foto: dok.

Pendiri Majelis Pengkajian Tauhid Tasawuf Indonesia (MPTT-I), Abuya Amran Muda Waly Alkhalidi, mengatakan para ulama di Aceh perlu membuka diri terhadap ilmu-ilmu lain. Sehingga mereka tidak mudah mengklaim satu ajaran itu sesat. 


Abuya Amran mengaku pernah menjumpai ulama di Aceh. Dalam beberapa kesempatan itu, Abuya menyampaikan pandangan tentang ilmu yang disebarkannya di Aceh. “Ada setuju dan tidak setuju,” kata Abuya Amran saat menggelar konferensi pers di kantor MPTT-I, di Banda Aceh, Selasa, 26 Januari 2021. 

Mereka yang menyatakan tidak setuju, kata Abuya Amran, mengatakan pemahaman yang diajarkan Abuya Amran itu terlalu tinggi sehingga sulit diterima masyarakat awam. Namun Abuya Amran mengatakan ilmu tasawuf dan sufi itu tidak seperti yang banyak disangkakan banyak orang di Aceh. 

Ajaran ini, kata Abuya Amran, membumi di Aceh saat diajarkan oleh Hamzah Fansury dan Syech Abdurrauf Assingkili. Jadi, tidak benar jika disebut bahwa ajaran ini adalah ajaran baru. Bahkan lebih mengherankan lagi jika ada yang menyebut pengkajian yang dilakukan oleh MPTT-I adalah sesat.  

Saat ini, kata Abuya Amran, Aceh kedatangan seorang peneliti tentang ajaran tasawuf dan kesufian dari Sekretaris Majelis Ulama Indonesia, Ali Abdillah. Sosok ini melakukan penelitian tentang ajaran itu di 15 negara. 

Abuya Amran berharap kedatangan Ali Abdillah dapat memberikan penjelasan yang gamblang terkait ajaran dalam MPTTI-I dan dapat memberikan pencerahan terhadap masyarakat. Abuya Amran juga berharap agar kasus-kasus pelemparan batu terhadap jamaah MPTT-I tidak lagi terulang.