Aceh Berpeluang Besar Jadi Penghasil Berbagai Sumber Energi

Ilustrasi
Ilustrasi

Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Aceh, Mahdi Nur, mengatakan Pemerintah Aceh terus menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) agar pengelolaan sumber energi bisa dilakukan oleh putra daerah.


“Aceh memiliki potensi energi bumi yang begitu besar. Mulai dari energi minyak dan gas, listrik hingga energi baru terbarukan," kata Mahdi dalam diskusi virtual bertajuk “Menakar Potensi Besar Energi Aceh” Rabu, 28 Juli 2021.

Menurut Mahdi, peluang Aceh sangatlah besar menjadi daerah yang menghasilkan berbagai sumber energi. Oleh karena itu, kata dia, lembaga pendidikan bidang energy harus diperkuat agar mampu menghasilkan SDM tangguh untuk mengelola sumber daya alam.

Mahdi menyebutkan sektor migas Aceh memiliki 12 wilayah kerja yang masih aktif. Sembilan diantaranya menjadi kewenangan Aceh di bawah Badan Pengelolaan Migas Aceh (BPMA). Sementara tiga lagi kewenangan pemerintah pusat di bawah pengawasan SKK Migas.

Kedepan, kata dia, akan ada dua lagi wilayah kerja migas yang saat ini sudah selesai proses joint study dan akan segera dilelang. Yaitu, Blok Meulaboh dan Blok Singkil. 

Kini, kata Mahdi, pengelolaan Blok B di Aceh Utara juga sudah menjadi kewenangan Aceh. Banyak tahapan dilalui hingga pengelolaannya beralih menjadi kewenangan Aceh.

“Intinya, untuk sektor migas Aceh masih sangat potensial,” kata Mahdi.

Mahdi menjelaskan Aceh tak hanya memiliki migas. Tetapi juga memiliki potensi energi baru terbarukan, seperti panas bumi, energi air, energi matahari, energi bayu atau angin, serta bioenergi. 

Semua potensi itu, kata Mahdi, merupakan aset penting bagi Aceh untuk dikelola sebagai modal pembangunan di masa depan.

Praktisi Migas Aceh, Said Malawi, mengatakan pengembangan potensi energi yang ada di Aceh membutuhkan tiga hal. Yaitu, eksplorasi, penguatan sumber daya manusia (SDM) dan membuka investasi.

Untuk itu, kata Malawi, Pemerintah Aceh perlu memperkuat SDM dengan cara melakukan pelatihan dan sertifikasi generasi muda. PT. Arun harus dimanfaatkan sebagai tempat pelatihan tersebut.

Akademisi Universitas Malikulsaleh, Mohd Heikal, mengatakan untuk menuju kemandirian energi, Aceh harus memiliki empat pilar yang harus direncakan. Yakni policy initiatives, technology dan infrastruture, market structures, dan human capacity.

Menurut Haeikal, Pemerintah Aceh harus mengembangkan kapabilitas dan talenta di sektor energi. Dengan menjadikan perusahaan daerah menuju word-class institutions dengan mengembangkan talenta–talenta lokal yang unggul melalui kalaborasi dengan perguruan tinggi dan mengembangkan triple–helix model.

"Mendorong inovasi dan share experiences, mendorong pemberian insentif bagi internasional operators and service companies guna mendorong kegiatan-kegiatan R&D dan menjadikan Aceh sebagai hubs di kawasan, serta membangun partnership," kata dia.

Ketua panitia acara, Ahlan Firdaus, mengatakan acara tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama intelektual muda pentingnya kesadaran akan energi.

"Selain itu mengetahui potensi energi fosil serta energi terbarukan dan juga untuk mengetahui rencana kinerja Pemerintah Aceh dalam mendorong ketahanan dan kemandirian di bidang energi di Aceh," kata Ahlan.

Presiden Dewan Energi Aceh Mahasiswa (DEM) Aceh, Didi Supriadi, mengatakan Aceh merupakan daerah yang sangat kaya akan sumber daya alamnya dan itu bisa ditinjau dari segi manapun.

"Maka sangat disayangkan jika kekakayaan sumber daya alam Aceh tidak dinikmati oleh masyarakat. Melalui forum diskusi dapat berkalaborasi bersama dalam menegakkan kedaulatan energi," kata Didi.