Aceh Sangat Butuh Pelabuhan Ekspor, Jangan Hanya Jadi Terminal

Pelabuhan Meulaboh. Foto: Dishub Aceh.
Pelabuhan Meulaboh. Foto: Dishub Aceh.

Pengamat kebijakan publik, Nasrul Zaman, mengatakan Aceh sangat membutuhkan pelabuhan ekspor. Baik untuk mengeskpor minyak mentah kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO), maupun barang lainnya.


“Pelabuhan CPO itu memang kita butuhkan. Mengingat PMKS (pabrik minyak kelapa sawit) lebih dari 20-an,” kata Nasrul kepada Kantor Berita RMOLAceh, Sabtu, 11 Februari 2023.

Menurut Nasrul, areal tanaman sawit di Aceh sangat luas. Sehingga produktivitas CPO sangatlah besar.

Berdasarkan data Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), luas perkebunan sawit di Aceh mencapai 535 ribu hektare. Lebih 50 persen diantaranya merupakan perkebunan sawit rakyat.

Karena itu, kata Nasrul, Aceh sangat membutuhkan pelabuhan ekspor. “Tapi jauh lebih bagus, kalau CPO itu dikelola di Aceh,” sebut Nasrul.

Menurut data yang dihimpun Kantor Berita RMOLAceh, Aceh memiliki 18 pelabuhan. 10 diantaranya pelabuhan laut, delapan lagi pelabuhan penyebrangan.

Jumlah pelabuhan di Aceh. Foto: RMOLAceh.

Menurut Nasrul, kebanyakan pelabuhan di Aceh hanya menjadi terminal kapal dari luar. Untuk itu, kata dia, Aceh harus memiliki pelabuhan ekspor sebagai penunjang ekonomi masyarakat.

“Pelabuhan itu nanti, selain digunakan untuk angkut CPO juga untuk barang-barang lainnya,” kata dia. “Tahap awal, CPO dulu. Nanti barang-barang lainnya.”

Nasrul menilai, setiap pembangunan pasti sangat rentan dananya dikorupsi dan sebagainya. Namun harus diawasi lebih luas dan intens.

“Memang kecurigaan kita ada, dan itu wajar. Tapi jangan sampai menghambat pembangunan,” ujar Nasrul.

Pembangunan yang sudah dimulai, kata dia, jangan sampai mangkrak. Apalagi, ketika sudah dibangun, tidak digunakan sebaik mungkin.

“Seperti terminal di Aceh di seluruh kabupaten atau kota. Tapi tidak berfungsi. Kecuali teriminal Batoh, Banda Aceh,” sebut dia.

Nasrul berharap, pembangunan pelabuhan ekspor nanti tidak terbengkalai dan dimanfaatkan sebaik mungkin. Karena dananya cukup besar.

“Bikin tangki saja mahal, kapal ratusan miliar,” kata dia.

Nasrul menyarankan, agar Pemerintah Aceh atau Pemerintah Indonesia membangun pelabuhan bekerja sama dengan perusahaan pengangkut CPO. Dengan mengajukan beberapa persyaratan.

Dengan begitu, kata Nasrul, pelabuhan ekspor CPO yang sudah dibangun nanti pasti digunakan. “Jangan sampai kita bikin, gada digunakan,” ujar Nasrul.

Menurut Nasrul, di Calang, Aceh Jaya sangat cocok diupgrade--diperbaharui—pelabuhannya. Bukan Meulaboh.

Karena, kata Nasrul, di Aceh Jaya tangkinya sudah ada. “Ngapain lagi di Meulaboh, ada-ada aja itu,” kata dia. “Kalau itu yang dilakukan itu kesanya memang mencari proyek dan bukan mencari efektivitas. Apalgi jaraknya berdekatan, diperbesar aja di Calang itu.”