Adhi Massardi: Oligarki Dapat Duit, Rakyat Dapat Banjir

Banjir di Kalimantan Selatan. Foto: Popmama
Banjir di Kalimantan Selatan. Foto: Popmama

Banjir yang mengepung wilayah Kalimantan Selatan tidak lepas dari rusaknya ekologi di tanah Borneo. Eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya disebut-sebut sebagai penyebab utama banjir tersebut.


Satire, Koordinator Gerakan Indonesia Bersih, Adhie Massardi menyebut bahwa eksploitasi itu telah menghasilkan aliran uang yang banyak. Hanya saja uang tersebut mengalir ke kalangan tertentu saja.

“Eksploitasi sumber daya alam menghasilkan uang sangat banyak. Mengalir deras ke kaum oligarki yang beberapa di antaranya para pembesar negara di parlemen, eksekutif, dan yudikatif,” kata Adhi seperti dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL, Ahad, 17 Januari 2021.

Namun demikian, Adhie menilai bahwa tambang-tambang yang dilakukan setelah melakukan pembalakan hutan tidak memberi keuntungan bagi rakyat kecil. Sebaliknya, rakyat sebatas ketiban sial karena hanya dampak dari kerusakan hutan.

“Rakyat dikasih banjir, longsor kekeringan dan kebakaran hutan. Maka tak akan ada penjahat lingkungan,” kata Adhi.

Berdasarkan catatan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) dari laporan tahun 2020, terdapat 814 lubang tambang milik 157 perusahaan batubara yang masih aktif bahkan ditinggal tanpa reklamasi. Ada juga perkebunan kelapa sawit yang makin meluas dan mengurangi daya serap tanah. 

Kondisi ini membuat daya tampung dan daya dukung lingkungan di Kalsel dalam kondisi darurat ruang dan darurat bencana ekologis. Dhandy Dwi Laksono, wartawan lingkungan, menyindir keengganan Jokowi memberikan respons langsung terkait banjir di Kalimantan. 

"Kalau kekuasaan saya disokong duit oligarki tambang dan perkebunan, saya juga tidak akan menyebut banjir Kalsel," kata Dandhy. “Jadi santai saja. Ini manusiawi."