Afasia, Saat Kita Tak Bisa Memahami Kata

Ilustrasi: net.
Ilustrasi: net.

Afasia adalah gangguan yang disebabkan oleh kerusakan pada area otak yang memproduksi dan memproses bahasa. Akibatnya, orang dengan gangguan ini mengalami kesulitan berbicara, membaca, menulis dan memahami bahasa, sehingga tidak bisa berkomunikasi dengan baik.


Seperti dikutip dari Halodoc, penurunan kemampuan berkomunikasi ini bisa berkisar dari ringan hingga sangat parah. Seseorang yang berada pada tingkat paling parah dari afasia tidak bisa berkomunikasi sama sekali. 

Namun, pengidap biasanya kesulitan untuk menemukan kata yang tepat dan menyusunnya menjadi kalimat yang bermakna. Kondisi ini bisa terjadi secara tiba-tiba setelah stroke atau cedera kepala. Namun, gangguan ini juga bisa terjadi secara bertahap akibat tumor otak.

Penyakit ini dapat terjadi pada siapa saja, tanpa memandang usia. Namun, gangguan ini lebih dialami oleh mereka yang berusia paruh baya dan lebih tua. Penyebab yang paling umum adalah kerusakan otak akibat stroke, penyumbatan, atau pecahnya pembuluh darah di otak. 

Selain itu, kerusakan otak akibat cedera kepala yang parah, tumor, infeksi, atau proses degeneratif juga bisa menyebabkan afasia. Penyakit seperti demensia juga bisa menyebabkan menurunnya fungsi sel-sel otak, sehingga mengakibatkan afasia. Pada kondisi ini, gangguan tersebut biasanya berkembang secara bertahap.

Terkadang, episode afasia juga bisa terjadi sementara. Hal itu bisa disebabkan oleh migrain, kejang, atau serangan iskemik transien (TIA). TIA terjadi ketika aliran darah diblokir sementara ke area otak.

Afasia adalah tanda dari beberapa kondisi kesehatan lainnya, seperti stroke atau tumor otak. Adapun gejala-gejala penyakit ini adalah berbicara dalam kalimat pendek atau tidak lengkap, berbicara dengan kalimat yang tidak bisa dimengerti atau tidak masuk akal, mengganti satu kata dengan yang lain atau satu suara dengan yang lain, mengucapkan kata-kata yang tidak bisa dikenali, tidak mengerti ucapan orang lain, atau menulis kalimat yang tidak bisa dimengerti atau tidak masuk akal.

Afasia juga terdiri dari berbagai tingkatan. Afasia ekspresif: disebut juga afasia broca atau afasia tidak lancar. Orang dengan jenis ini lebih bisa memahami apa yang dikatakan orang lain, daripada mengucapkan kalimat yang bisa dipahami. Pengidap kesulitan untuk mengeluarkan kata-kata, seringkali berbicara dalam kalimat yang sangat pendek dan menghilangkan kata-kata. Contohnya, “mau makan” atau “berjalan di taman hari ini”.

Afasia komprehensif: orang dengan afasia komprehensif atau disebut juga wernicke bisa berbicara dengan mudah dan lancar dalam kalimat yang panjang dan rumit yang tidak bisa dimengerti, atau menambahkan kata-kata yang tidak bisa dikenali, salah atau tidak perlu. Satu afasia lain adalah afasia global: jenis ini ditandai dengan kemampuan memahami pembicaraan orang lain yang buruk dan kesulitan membentuk kata dan kalimat.

Untuk mendiagnosis, dokter melakukan pemeriksaan fisik dan neurologis, termasuk menguji kekuatan, perasaan dan refleks pasien. Mendengarkan detak jantung, dan pembuluh darah di leher. Tes dilakukan menggunakan pencitraan, seperti MRI dan CT scan. Tes ini bisa membantu dokter mengidentifikasi penyebab dan area otak yang rusak.

Pemeriksaan lain adalah pemeriksaan keterampilan berkomunikasi. Pada pemeriksaan ini, pengidap akan diminta untuk melakukan percakapan, menyebutkan nama objek, menjawab pertanyaan, dan mengikuti instruksi.

Pengobatan Afasia ditujukan untuk memperbaiki kemampuan berkomunikasi dan berbahasa, serta mengembangkan metode komunikasi lain yang diperlukan. Bila kerusakan otak yang terjadi ringan, afasia biasanya bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, pada kasus yang parah, pengobatan dilakukan dengan terapi wicara dan bahasa.

Bagi pengidap afasia, terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan memulihkan sebanyak mungkin bahasa, mengajarkan cara mengembalikan keterampilan bahasa yang hilang, dan menemukan metode komunikasi lain.

Dokter juga bakal memberikan sejumlah obat-obatan. Semua itu bertujuan untuk meningkatkan aliran darah ke otak, meningkatkan kemampuan pemulihan otak, atau membantu menggantikan bahan kimia yang habis di otak (neurotransmitter).

Sayang, penyakit ini tidak bisa dicegah. Cara terbaik untuk menghindari afasia adalah dengan mencegah penyebab kerusakan otak, seperti stroke dan menjaga kesehatan otak sebaik mungkin dengan gaya hidup sehat. Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang, berolahraga setiap hari, mengurangi asupan alkohol dan menjaga kadar gula darah, tekanan darah dan kolesterol tetap normal diyakini dapat membantu untuk mencegah penyakit ini datang.