Aksi pembakaran Al Quran oleh politisi Swedia, Rasmus Paludan, pada pekan lalu membuat Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, marah. Dia memperingatkan Swedia untuk tidak lagi mengharapkan dukungan Ankara agar bisa bergabung dengan aliansi NATO.
- Keracunan Vape, Dua Siswa SMA Dilarikan ke Rumah Sakit
- Zelensky Bawa Pulang Lima Komandan yang Diitahan di Turki, Rusia Meradang
- Humza Yousaf Terpilih jadi Muslim Pertama yang Pimpin Skotlandia
Baca Juga
Pernyataan tegas ini disampaikan oleh Erdogan sebagai tanggapan resmi atas pembakaran Al Quran yang dilakukan oleh Paludan di depan kantor Kedutaan Besar Turki di Stockholm pada 21 Januari lalu.
"Swedia seharusnya tidak mengharapkan dukungan dari kami untuk (keanggotaan) NATO," kata Erdogan, seperti diberitakan sumber Kantor Berita Politik RMOL, Selasa, 24 Januari 2023.
“Jika Anda tidak menghormati keyakinan agama Republik Turkiye atau Muslim, Anda tidak akan menerima dukungan apa pun untuk NATO dari kami,” kata dia.
Dalam pernyataannya, Erdogan telah menyebut bahwa insiden pembakaran Al Quran telah menyerang dan menyakiti 85 juta warga Turki.
Menanggapi hal tersebut, Swedia sejauh ini tengah bereaksi dengan sangat hati-hati terhadap pernyataan dari orang nomor satu di Turki itu.
“Saya tidak bisa mengomentari pernyataan malam ini. Pertama, saya ingin memahami dengan tepat apa yang dikatakan (Erdogan),” kata Menteri Luar Negeri Tobias Billstrom.
Para pemimpin Swedia telah mengutuk tindakan Paludan, dengan Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson turut mengungkapkan simpati pada semua umat Muslim.
"Saya ingin mengungkapkan simpati saya untuk semua Muslim yang tersinggung dengan apa yang terjadi di Stockholm hari ini," tulis Kristersson di Twitter.
Namun keadaan terlanjur semakin memanas, yang membuat Turki membatalkan kunjungan Menteri Pertahanan Swedia Pal Jonson untuk menginjak negaranya.
Kecaman luas juga telah datang dari masyarakat Internasional yang ikut marah atas aksi pembakaran Al Quran.
- Menhan Inggris: Rusia Terlalu Rapuh Lawan NATO
- Ingatkan Erdogan, Rusia: Uni Eropa Tidak Menginginkan Turkiye
- Wartawan Perang