Alhudri Ingatkan Pendidikan Aceh Tak Lagi Berorientasi pada Proyek

Kepala Dinas Pendidikan Aceh Alhudri di tengah-tengah peserta pelatihan Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di Banda Aceh. Foto: fauji.
Kepala Dinas Pendidikan Aceh Alhudri di tengah-tengah peserta pelatihan Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di Banda Aceh. Foto: fauji.

Kepala Dinas Pendidikan Aceh Alhudri meminta seluruh guru di Aceh untuk fokus mengembangkan kemampuan siswa. Menurut dia, sejumlah pandang miring tentang pendidikan di Aceh hanya akan menguras emosi dan mengabaikan tujuan pendidikan itu sendiri. 


“Ingatlah bahwa bapak-bapak dan ibu-ibu adalah guru-guru yang mengorbankan banyak hal untuk anak didik. Jadi, biarkan saja orang mau ngomong apa. Saya tahu, bapak dan ibu bekerja keras untuk anak-anak didik,” kata Alhudri kepada para guru kepala Sekolah Menegah Kejuruan saat membuka kegiatan pelatihan Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di Banda Aceh, kemarin malam. 

Menurut Alhudri, kemampuan siswa di Aceh tidak kalah dengan siswa di daerah lain. Ini merupakan jeri payah guru di seluruh Aceh. Salah satu kualitas itu adalah tingkat kelulusan anak-anak Aceh di Universitas Syiah Kuala yang mencapai 92.26 persen. Meski banyak pula yang terus berusaha menstigma pendidikan Aceh terbelakang. 

Namun, kata Alhudri, insan pendidikan di Aceh perlu terus meningkatkan kualitas anak didik. Untuk itu, diperlukan perubahan pola pikir. Alhudri mengajak seluruh kepala SMK tidak lagi berorientasi kepada proyek.

Perubahan pola pikir ini juga dilakukan di tingkat Dinas Pendidikan Aceh. Alhudri memastikan selama masih menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan Aceh, tak ada lagi proyek-proyek pengadaan ruang kelas baru jika tidak mendesak. 

Dana pendidikan yang tersedia, kata Alhudri, akan dimaksimalkan untuk mengembangkan kemampuan vokasional siswa. Sehingga para pelajar keluar dari sekolah dengan bekal yang cukup untuk melanjutkan pendidikan atau kehidupan mereka.  

Dinas Pendidikan Aceh, kata Alhudri, akan menambah enam kendaraan mobil training unit pada 2022 untuk melengkapi tiga unit kendaraan sejenis yang telah ada sejak 2006. Dengan demikian, Dinas Pendidikan Aceh akan lebih masif mengadakan pelatihan-pelatihan vokasional di seluruh daerah di Aceh. 

“Pelatihan vokasional ini tidak hanya untuk murid. Termasuk anak-anak didik kita yang putus sekolah. Masyarakat di gampong, pemuda-pemuda. Mereka berhak mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan mereka,” kata Alhudri. 

Di sisi lain, Alhudri juga meminta seluruh sekolah dikelola dengan manajemen yang lebih baik. Sekolah, kata dia, harus menjadi tempat nyaman bagi seluruh siswa dan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Semua itu, kata dia, membutuhkan kedisiplinan yang tinggi dan kerja sama yang kokoh. 

Alhudri juga mengingatkan bahwa pelajar di SMK tidak dididik untuk sekadar menjadi pekerja. Mereka diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Karena itu, sekolah perlu membekali siswa kemampuan untuk mengatur sendiri bisnis mereka kelak. Dan ini tidak akan terjadi tanpa perubahan sikap dan pola pikir guru serta manajemen sekolah untuk menjadi lebih kreatif alih-alih sekadar menerapkan pola lama yang dinilai Alhudri tak lagi dapat mengadopsi perkembangan kemampuan pelajar saat ini.  

“Saya berbicara tentang masa depan. Yang lalu-lalu, sudah lah. Mari menatap ke depan. Seluruh kebutuhan siswa untuk mengembangkan skill akan mendapatkan prioritas sepanjang kebutuhan itu dibuat diajukan dengan dasar yang benar,” kata Alhudri. 

Kepala Bidang Pengembangan SMK Dinas Pendidikan Aceh, Azizah, mengatakan pelatihan ini diikuti sekitar 50 guru produktif. Acara ini berlangsung sepanjang 24-27 Maret 2021. Azizah berharap, pelatihan tatap muka pertama yang digelar sejak pandemi Covid-19 ini dapat mengasah kembali kemampuan para guru produktif untuk mendorong perkembangan pendidikan di SMK.