Alphard Hasan dan Tape Murtadha

Ilustrasi. Foto: net.
Ilustrasi. Foto: net.

NASDEM 59, Demokrat 54 dan PKS 50 kursi. Jumlahnya 163 kursi (28,34 persen) dari 575 kursi DPR RI. Angka ini telah melampaui ambang batas presidensial threshold 20 persen berdasarkan hitungan jumlah kursi. Sehingga, Anies Rasyid Baswedan telah memiliki tiket lebih dari cukup untuk maju menjadi calon presiden pada Pemilu 2024.

Sudirman Said, juru bicara Anies menyatakan bahwa semua partai telah sepakat memajukan Anies sebagai calon presiden dari Koalisi Perubahan. Dan partai koalisi juga menyepakati menyerahkan calon wakil presiden kepada Anies.

Kemajuan kesepakatan dari partai Koalisi Perubahan tersebut menjadi "mimpi buruk" bagi orang-orang yang meramalkan Anies tak mungkin mendapat tiket. Ada di antara mereka sampai bertaruh, seperti CEO Cyrus Network, Hasan Nasbi, dan sahabat saya Yek Murtadha Bondowoso.

Hasan Cyrus bertaruh mobil Alphard untuk meyakinkan ramalannya benar. Dan, menantang yang tak sepaham untuk mempertaruhkan keyakinan politiknya pula.

Sementara, Yek Murtadha bertaruh Tape dengan saya bila Anies melenggang kangkung maju menjadi capres.

Mereka adalah tokoh survei, juga tokoh masyarakat yang tak menginginkan Anies maju menjadi calon presiden. Alasannya Anies politisi independen yang tak punya partai dan amunisi yang terbatas.

Anies lebih cocok sebagai staf pengajar di perguruan tinggi daripada menjadi pemimpin sebuah negara. Indonesia butuh pemimpin yang bisa melanjutkan program Presiden Joko Widodo.

Alasan tersebut tak mempan mengubah fikiran orang yang menginginkan Anies sebagai pemimpin pengganti Jokowi. Malah, tiga partai yang sedari awal cenderung pada Anies secara eksplisit organisatoris, meminjam istilah Shohibul Iman, telah mendeklasikan dukungan terbuka.

Benar kata Imam Ali Bin Abi Thalib Karammallah Wajhah, "tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun. Karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan, yang membencimu tidak percaya itu".

Anies merupakan tokoh yang dicintai sekaligus dibenci. Anies lovers tanpa butuh alasan untuk mencintainya. Sedangkan, Anies haters selalu punya alasan untuk membencinya. Cinta dan benci itu sangat tipis, setipis kulit bawang.

Namun yang pasti, otak pikiran dan hati perasaan publik mayoritas masih nentral. Mereka yang menyatakan tidak tahu pada survei dari berbagai lembaga survei yang ada. Jumlah mereka antara 40 sampai dengan 60 persen yang belum memiliki top of mind dari pertanyaan tentang bakal calon presiden.

Yang tak kalah menarik, ternyata migrasi pemilih juga terjadi di antara para pemilih Jokowi dan Prabowo Subianto. Hasil survei SMRC (Saiful Mujani Research and Consulting) pada Desember 2022, menemukan beberapa temuan berikut ini:

Pertama, 55,5 persen pemilih Jokowi pada Pilpres 2019 lalu, saat ini 44 persen memilih Ganjar Pranowo, 22 persen memilih Prabowo, dan Anies dipilih oleh 20 persen pemilih Jokowi.

Kedua, 44,5 persen pemilih Prabowo pada Pilpres 2019 lalu, saat ini 44 persen memilih Anies, Prabowo sendiri tinggal dipilih 37 persen. Sedangkan yang 13 persen memilih Ganjar.

Temuan lembaga survei milik Saiful Mujani tersebut, membuktikan bahwa tiga calon presiden terkuat, baik Anies, Ganjar maupun Prabowo sama-sama didukung oleh pemilih Jokowi dan Prabowo sekaligus. Yang berbeda perihal tebal tipisnya dukungan. Anies dipilih secara kumulatif dominan oleh pemilih 2019, lalu diikuti Prabowo, dan disusul Ganjar.

Nampaknya, Anies sangat potensial untuk memenangkan Pilpres 2024. Melihat persentase migrasi pemilih dan limpahan suara dari Pilpres 2019. Anies ternyata yang paling banyak mewarisi dukungan pemilih dari Prabowo dan sekaligus Jokowi.

Sehingga dengan demikian, Anies bukan hanya berhasil mempecundangi kelompok yang salah ramal, tetapi juga mencetak sejarah baru Indonesia. Pasti, banyak yang akan kalah dalam bursa taruhan ini.

Orang macam Hasan Cyrus maupun Yek Murtadha, pasti akan banyak mengeluarkan koceknya dalam-dalam. Hal ini untuk menutupi kalah "judi kuasa' pada Pilpres 2024.

Pemilu merupakan ajang 'perjudian' terbesar yang melibat banyak orang mengadu keberuntungan. Sebanyak 18 partai politik peserta pemilu mengajukan 575 calon di 84 Dapil di seluruh Tanah Air. Jumlah mereka sekurang-kurangnya  10.350 caleg untuk Senayan.

Lain halnya dengan calon DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten/kota dan yang jumlahnya masing-masing 40,176 dari 2232 kursi dan 312,120 dari 17,340 kursi. Ditambah dengan jumlah calon DPD yang minimal masing-masing 4 orang per provinsi.

Jumlah yang paling sedikit adalah pasangan calon presiden dan wakil presiden yang diusung oleh sebanyak-banyaknya empat kekuatan partai atau atau gabungan partai politik. Sementara waktu, ada Koalisi Perubahan, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR), dan PDIP.

Mereka pasti bertarung habis-habisan untuk mendapatkan mandat rakyat dalam menyelenggarakan negara. Di atas arena pertarungan, segala kemungkinan bisa terjadi.

Bila menang semua merasa paling berjasa. Namun bila kalah, semua lepas tangan. Hanya sang calon yang paling menderita kerugian atas kekalahan tersebut.

Will Rogers seorang aktor sekaligus kritikus humoris berkebangsaan Amerika menyatakan, pemilu itu sangat mahal. Bahkan untuk kalah saja harus banyak menghabiskan uang.

|Penulis adalah Pendiri Eksan Institute