APBA Lebih Berpihak kepada Aparatur Ketimbang Rakyat Aceh

Rumah duafa. Ilustrasi: merci.
Rumah duafa. Ilustrasi: merci.

Pengamat ekonomi, Amri, menyarankan agar Pemerintah Aceh tidak salah fokus dalam membangun perekonomian Aceh. Dia menilai anggaran daerah saat ini lebih berpihak kepada aparatur ketimbang rakyat kecil.


“Seharusnya, APBA dapat membangun sektor pertanian, perikanan, perkebunan, pariwisata, dan usaha kecil dan menengah. 

“APBA sekarang tidak memihak kepada rakyat, lebih memihak kepada aparatur,” kata Amri kepada RMOLAceh, Rabu, 27 Januari 2021. 

Keberpihakan ini sangat menentukan hasil. Amri mengatakan jika tidak berpihak pada sektor-sektor yang bersentuhan langsung kepada masyarakat kecil, angka kemiskinan di Aceh akan terus naik di tengah tumpukan uang yang kelola oleh Pemerintah Aceh.

Pembangunan sektor-sektor itu, kata Amri, akan menampung banyak tenaga kerja. Hal ini akan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat Aceh. Sebaliknya, jika dikelola serampangan, maka jumlah pengangguran di Aceh akan terus meningkat yang otomatis meningkatkan jumlah orang miskin di Aceh dan tidak meratanya pembangunan ekonomi.

Konsekwensi lain dari ketidakmerataan pembangunan ini adalah kegagalan Pemerintah Aceh dalam mewujudkan visi dan misi Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah selaku pemenang Pemilihan Kepala Daerah Aceh 2017. Hal ini, jika dibarikan berlarut-larut, akan menumbuhkan potensi konflik. 

“Hal tersebut berbahaya, Konfik politik muncul dimulai dari konflik ekonomi,” kata Amri. “Oleh karena itu, kita berharap kepada Pemerintahan Aceh untuk memihak kepada rakyat.”

Amri menjelaskan pengentasan kemisikinan tidak dilakukan dengan cara membagi-bagikan uang kepada rakyat. Amri mengingatkan agar pemerintah memiliki program pemberdayaan ekonomi secara menyeluruh, termasuk pembangunan rumah duafa. 

Program rumah duafa, yang tercantum dalam rencana pembangunan jangka menengah Pemerintah Aceh periode ini dinilai Amri sebagai salah satu elemen pengentasan kemiskinan. Satu rumah duafa, sedikitnya, mempekerjakan tiga tukang. Dua hingga lima orang akan mendiami rumah tersebut. 

Jadi, dalam satu rumah duafa, Pemerintah Aceh dapat mengentaskan kemiskinan lebih kurang lima orang. “Kalikan saja dengan total rumah yang dibangun dan penghuninya. Ini akan sangat berpengaruh terhadap jumlah orang miskin di Aceh,” kata Amri. 

Amri membandingkan efektivitas pemberian uang Rp 9,6 miliar kepada organisasi pemuda, masyarakat, dan mahasiswa. Uang tersebut relatif sedikit. Namun saat dibuat untuk membangun rumah duafa, maka uang itu akan lebih bermanfaat dan dapat mengurangi angka kemiskinan.

Selain itu, kata Amri, UMKM juga harus dibina. Biro ekonomi di Aceh harus bekerja secara maksimal. Amri meminta Biro ekonomi berfokus pada pengembangan UMKM, perkebunan, perikanan, pertanian dan pariwisata sebagai upaya untuk memberantas kemiskinan di Aceh.