Bandar Publishing Terbitkan Doa Orang Gila

Buku Doa Orang Gila yang diterbitkan oleh Bandar Publishing. Foto: ist.
Buku Doa Orang Gila yang diterbitkan oleh Bandar Publishing. Foto: ist.

Mengawali tahun 2021, Bandar Publishing, sebuah lembaga penerbitan di Banda Aceh, menerbitkan buku “Doa Orang Gila dan Hal-hal Tak Terduga di Aceh”. Penerbitan buku ini menjadi bagian dari usaha penerbit Bandar untuk menyediakan bacaan tentang Aceh kepada khalayak luas. 


“Buku karya jurnalis cum blogger Aceh tersebut mulai hari ini beredar dipublik,” kata Manajer Bandar Publishing, Nurmasyitah, dalam keterangan tertulis, Selasa, 9 Feberuari 2021. 

Buku setebal 160 halaman itu berisi rekaman dan cerita tentang dinamika perjalanan Aceh saat dibalut konflik berkepanjangan. Ada  banyak kisah menarik yang dipaparkan di dalam buku jurnalis Aceh ini, di antaranya tentang kisah masa perang dan dampaknya bagi masyarakat kecil. Buku ini dibagi ke dalam tiga bagian, di mana masing-masing bagian berisi 11 tulisan yang dapat dibaca sendiri-sendiri.

Nurmasyitah menjelaskan buku Doa Orang Gila telah dicetak sebanyak 500 eks atas dukungan Bandar. Buku tersebut nantinya juga akan tersedia di toko buku Gramedia. Karena Bandar Publishing sejak 2020 telah menjadi supplier resmi jaringan Gramedia.

Nurmasyitah menjelaskan kehadiran buku Doa Orang Gila dapat menambah khazanah bacaan bagi masyarakat Aceh khususnya, dan publik Indonesia secara luas. Apalagi, cukup banyak hal-hal penting dan menarik yang dikemas dalam buku yang ikut diberi pengantar oleh cendekiawan Muslim, Fachry Ali.

“Penulis dengan kejeliannya mengangkat beberapa kejadian miris menjadi bacaan yang enak dibaca. Belum lagi, ketika kisah-kisah tersebut dikemas dengan judul yang sedikit ‘gila’,” kata Nurmasyitah. 

Lewat kisah-kisah yang dipaparkannya, kata Masyitah, sang penulis seakan sedang mengajak kita semua untuk menangis dan tertawa secara seimbang. “Penulis mengajak kita merenung, apa yang salah dengan Aceh ini?” 

Penulis buku, Taufik Al Mubarak, mengatakan buku Doa Orang Gila sudah dipersiapkan sejak awal Desember 2020 lalu. Di dalam buku ini, Taufik memaparkan ada banyak kisah sedih dan lucu yang terjadi ketika Aceh berkubang dalam balutan konflik. Kisah-kisah itu, katanya, diingat dan diceritakan, dengan nuansa berbeda-beda. 

“Kisah sedih, misalnya, sekali pun diceritakan dengan riang-gembira, tetap saja menyisakan luka. Sementara kisah lucu, menjadi tidak lucu ketika kisah itu terjadi atau saat diceritakan. Dan, oleh orang Aceh, kedua ‘jenis kisah’ itu sama-sama dinikmati dengan kadar yang seimbang,” kata Taufik.

Fachry Ali yang memberi pengantar untuk buku ini menyebutkan, buku Taufik Al Mubarak ini akan menjadi kajian etnografi baru sekiranya dibahani dengan hasil observasi yang lebih mendalam. 

“Tetapi dengan cerita-cerita unik yang ditampilkan di sini sudah cukup memadai sebagai sebuah rekaman perubahan sikap masyarakat Aceh pasca Gerakan Aceh Merdeka (GAM),” kata Fachry.

Sebagian kisah yang ditulis Taufik, kata Fachry, hanya lahir dalam sistem ingatan kolektif di bawah pengaruh GAM ini. Seperti terlihat dalam tulisan, “Sisa Batuk Masa Konflik” di dalam buku ini, menjadi cerita pahit kepada masyarakat. Akan tetapi, kata dia, cerita yang sama juga berfungsi sebagai alat menertawakan diri sendiri.