Banyak Manuskrip Terbengkalai di Indonesia

Pemeliharaan manuskrip. Foto: Fakhrurrazi.
Pemeliharaan manuskrip. Foto: Fakhrurrazi.

Filolog Aceh, Syukri Rizki, mengatakan, pelestarian atau konservasi manuskrip di luar negeri dimulai dari pengoleksian yakni dengan membelinya ataupun dengan hibah dan membayar penyalin. Menurut Syukri, manuskrip yang sudah didapatkan kemudian disimpan ditempat yang terjaga, baik terjaga kualitas suhu kelembabannya, tempat penyimpanannya yang bebas dari rayap dan serangga.


Metode pengkajian manuskrip itu sendiri kata Syukri, terlebih dahulu dilakukan inventarisasi yang sangat detail, kemudian dilakukan katalogisasi seperti deskripsi singkat mengenai fisik dan konten yang dikandung dalam manuskrip, selanjutnya katalog inilah yang menjadi rujukan utama bagi siapa yang ingin mencari manuskrip tertentu berdasarkan kode.

"Para perawat manuskrip Eropa memiliki fasilitas yang sangat canggih dan lengkap dari sisi penjagaan maupun SDM yang mumpuni di bidangnya. Mereka banyak memiliki profesor, para ahli, kemudian memberi beasiswa kepada dunia Asia Tenggara misalnya untuk melakukan penelitian mengakses manuskrip-manuskrip yang belum disunting, dibaca atau dalam hitungan masih baru," kata Syukri, Kamis, 25 Maret 2021.

Syukri mengatakan jika dibandingkan di Indonesia, banyak manuskrip yang terbengkalai hanya dikumpulkan saja lantaran dengan alasan untuk menghargai manuskrip itu sebagai benda pusaka sebuah warisan tanpa ingin mengetahui kontennya. 

Sehingga yang terjadi adalah adalah tidak disimpan pada tempat yang layak, terkena air hujan, embun, kelembaban yang menyebabkan kualitas kertas menjadi rusak dan membuat tinta tulisannya menjadi pendar atau tidak tepat untuk dibaca lagi.

Syukri mengatakan Indonesia masih sangat kurang dalam hal penjagaan fisik maupun pengkajian konten. Sedangkan kampus-kampus dan pusat penelitian barat mereka menyiapkan segalanya, baik itu fasilitas fisik, penjagaannya, anggaran dana untuk mengoleksinya hingga para pengkajinya," kata Syukri.

Selama Pelestarian Manuskrip Aceh berlangsung hadir beberapa instansi dan stakeholder pemerintahan yang juga ikut melihat langsung proses konservasi manuskrip baik dari tingkat kota maupun provinsi diantaranya, Ketua DPRK Banda Aceh, Dinas Perpustakaan dan Kearsiapan Aceh, Pegiat Sejarah, LSM, para mahasiswa dan masyarakat serta jurnalis baik lokal maupun nasional yang ikut meliput kegiatan penyelamatan naskah kuno milik peradaban.

Tarmizi Abdul Hamid alias Cek Midi menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi sedalam-dalamnya kepada tim yang telah bekerja keras untuk capaian target merawat dan melestarikan manuskrip miliknya sekaligus menjaga literasi untuk pemanfaatan keilmuan Nusantara itu khususnya Aceh.

"Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih atas ketulusan hati para pahlawan musafir dari Pusat Preservasi pengobatan naskah kuno Perpusnas RI," ujarnya.

Cek Midi atas nama lembaga, pribadi dan keluarga juga meminta maaf yang tak terhingga, bila ada yang tidak berkenan selama bersama dalam melaksanakan amanah tersebut, tentunya tidak memiliki kemampuan untuk membalas budi baik, keikhlasan dan ketulusan para Tim pakar preservasi dari Perpusnas RI.