Banyak Pendonor Plasma Konvaselen Terkendala Alat

Ilustrasi. PR.
Ilustrasi. PR.

Kepala Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia (UTD PMI) Lampung, Aditya M Biomed mengatakan hingga saat ini banyak penyintas Covid-19 yang mendaftarkan diri untuk mendonorkan plasma konvaselen. Namun PMI belum bisa menampung karena urusan legal.


"UTD harus memiliki sertifikat dari balai BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) bahwa dia punya kemampuan," kata Aditya seperti dikutip dari Kantor Berita RMOLLampung, Senin, 25 Januari 2021.

Menurutnya, dari awal Desember 2020 hingga sekarang pihaknya masih mengurus sertifikat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) ke BPOM.

Selain itu, pihaknya juga sedang mencari alat plasmapheresis karena di seluruh Indonesia sedang kosong. Alat ini, kata Aditya, diproduksi di Eropa dan Jepang oleh dua pabrikan, yakni Hemonotik di Belanda dan Terumo dari Jepang

Setelah alat itu ada, para donor akan diseleksi untuk menentukan titer. Pendonor yang telah memenuhi kriteria pada pre skrining akan dilakukan pengambilan sampel untuk pemeriksaan golongan darah abo dan rhesus, pemeriksaan skrining antibodi, pemeriksaan uji saring infeksi menular lewat transfusi darah terhadap HIV, sifilis, hepatitis B & C.

Titer antibodi dan netralisasi antibodi, lalu pemeriksaan hematologi (pengambilan metode apheresis), serta pemeriksaan total protein dan albumin (pengambilan metode apheresis)

"Kalau titernya rendah kan mubazir. Kalau sudah tidak ada antibodi untuk apa mendonor. Sementara untuk penerima donor plasma itu hanya mereka yang menderita dengan gejala berat, bukan orang tanpa gejala," kata Aditya.

Di samping itu, donor sebaiknya laki-laki. Perempuan yang pernah hamil atau melahirkan memiliki struktur antibodi berbeda.

“Donor ini harus sehat tidak punya penyakit gula, penyakit jantung, dan sakit lainnya tapi dia mantan pasien Covid-19,” kata Aditya yang juga Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kota Bandarlampung.

Saat ini kebutuhan plasma konvalesen di Lampung masih disuplai dari PMI Jakarta dengan harga per kantong Rp 2,5 juta di luar biaya transportasi. Aditya mengatakan plasma konvalesen ini susah dicari.

"Total ada 8 kantong yang sudah diminta untuk diberikan kepada 4 pasien Covid-19 gejala berat," kata Aditya.