Beijing Sebut AS Gunakan Isu Ancaman China sebagai Taktik Perluasan Nuklir

Ilustrasi Bendera China. Foto: net.
Ilustrasi Bendera China. Foto: net.

Sikap Amerika Serikat yang selalu menggembar-gemborkan bahwa China sebagai sebuah ancaman, bukan tanpa alasan. Hal itu terungkap dalam briefing harian Kementerian Luar Negeri China, Rabu, 30 November 2022 waktu setempat.


Dalam pernyataannya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan bahwa AS sengaja melakukan hal itu sebagai alasan untuk memperluas persenjataan nuklirnya dan mempertahankan hegemoni militernya.

"Kebijakan nuklir China tetap konsisten dan jelas," kata Zhao menjelaskan, seperti  diberitakan sumber Kantor Berita Politik RMOL, Kamis, 1 Desember 2022.

Ia mencatat bahwa Beijing berpegang teguh pada kebijakan penggunaan nuklir dan telah membatasi pengembangan persenjataan strategisnya ke tingkat minimum yang diperlukan oleh keamanan nasional.

“Kami tidak pernah menjadi bagian dari perlombaan senjata dalam bentuk apa pun,” kata Zhao, menyatakan bahwa China tidak menimbulkan ancaman atau tantangan bagi negara lain.

Sementara itu, kata Zhao, AS memiliki persenjataan nuklir terbesar di dunia dan secara terbuka merancang kebijakan pencegahan serangan pertama terhadap negara-negara tertentu.

“Apa yang harus dilakukan AS adalah secara serius merenungkan kebijakan nuklirnya, meninggalkan mentalitas Perang Dingin dan logika hegemonik,” ujarnya.

Dia kemudian meminta Washington untuk berhenti mengganggu stabilitas strategis global, dan mengurangi persenjataan nuklirnya untuk menciptakan kondisi demi mencapai tujuan akhir pelucutan senjata nuklir yang lengkap dan menyeluruh.

Komentar Zhao muncul setelah Departemen Pertahanan AS pada hari Selasa menerbitkan apa yang disebut Laporan Kekuatan Militer China 2022, yang menggambarkan Beijing sebagai tantangan paling penting dan sistemik untuk keamanan Amerika dan sistem internasional yang bebas dan terbuka.

Laporan itu juga menunjukkan bahwa China dapat meningkatkan modernisasi kekuatan nuklirnya dalam dekade berikutnya dan menghasilkan sekitar 1.500 hulu ledak taktis pada tahun 2035.

Bulan lalu, AS juga merilis Strategi Keamanan Nasional 2022, di mana China diberi label sebagai tantangan geopolitik yang paling penting, mencatat bahwa Beijing memiliki niat untuk membentuk kembali tatanan internasional dan memiliki kekuasaan ekonomi, diplomatik, militer, dan kekuatan teknologi untuk melakukannya.

Beijing ketika itu menanggapi dengan menuduh Washington didorong oleh "logika dominasi" dan dengan sengaja salah mengartikan kebijakan luar negeri dan pertahanan China.