Berbulan-bulan Hadapi Protes, Iran Akhirnya Bubarkan Polisi Moral

Aksi protes atas kematian Mahsa Amini di Iran. Foto: net.
Aksi protes atas kematian Mahsa Amini di Iran. Foto: net.

Pemerintah Iran akhirnya memutuskan untuk menghapuskan keberadaan polisi moral setelah berbulan-bulan menghadapi aksi protes yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini.


Mahsa Amini, seorang perempuan Kurdi berusia 22 tahun meninggal dunia pada 19 September, tiga hari setelah ditahan oleh polisi moral lantaran dianggap melanggar aturan berpakaian hijab. Kematian Amini diyakini disebabkan oleh kekerasan yang dialaminya selama tahanan polisi moral.

Pembubaran polisi moral dikonfirmasi oleh Jaksa Agung Mohammad Jafar Montazeri, seperti diberitakan sumber Kantor Berita Politik RMOL, pada Ahad, 4 Desember 2022.

"Polisi moral tidak ada hubungannya dengan peradilan dan telah dibubarkan," ujarnya.

Polisi moral atau dikenal secara resmi sebagai Gasht-e Ershad didirikan di bawah pemerintahan Presiden Mahmoud Ahmadinejad pada 2006. Unit ini bertugas mengawasi dan menyebarkan budaya kesopanan dan hijab.

Di samping itu, Montazeri juga mengungkap, saat ini parlemen dan kehakiman tengah mempertimbangkan kembali UU yang mewajibkan perempuan mengenakan hijab atau jilbab.

Sejak revolusi 1979, Iran telah mewajibkan merempuan mengenakan jilbab. Polisi moralitas awalnya mengeluarkan peringatan sebelum mulai menindak dan menangkap perempuan 15 tahun lalu.

Kendati begitu, norma pakaian berangsur-angsur berubah, terutama di bawah mantan presiden moderat Hassan Rouhani, ketika melihat wanita dengan jeans ketat dengan jilbab longgar berwarna-warni menjadi hal yang biasa.