Berkasih Sayang dan Mendekatkan Diri kepada Allah lewat Suluk

Jamaah mengikuti pengajian di Dayah Darul Ihsan, Labuhan Haji, Aceh Selatan. Foto: ist.
Jamaah mengikuti pengajian di Dayah Darul Ihsan, Labuhan Haji, Aceh Selatan. Foto: ist.

Ramadan menjadi bulan tempat menjalankan ritual suluk. Di Aceh, kegiatan ini terpusat di Dayah Darul Ihsan, Labuhan Haji, Aceh Selatan. 


Kegiatan ini menjadi kesempatan bagi jamaah Majelis pengkajian Tauhid Tasawuf Asia Tenggara untuk mengikuti pengajian yang dipimpin oleh Abuya Syekh Amran Waly Al-Khalidy. 

“Ini adalah salah satu ritual ibadah dalam bimbingan kerohanian untuk taat dan dekat kepada Sang Khaliq,” kata Tgk Kamaruzzaman, Ketua MPTT-I Aceh, Sabtu, 17 April 2021.

Acara ini, kata Kamaruzzaman, diikuti oleh ribuan jamaah dari seluruh Aceh. Jamaah juga datang dari Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan, Jambi, Jakarta, Jawa Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Gorontalo.

Suluk merupakan salah satu ritual untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Para jamaah diajarkan untuk melepaskan diri dari semua urusan duniawi. Pengikut suluk dilarang memakan makanan yang berasal mengandung darah, tidak boleh mengonsumsi makanan lezat. Mereka hanya diperkenankan menikmati sayur-sayuran. 

Porsi makanan pun dikurangi. Selama mengikuti suluk, jamaah tidak diperkenankan berhubungan dengan masyarakat luar. Semua itu dilakukan agar ibadah tidak terganggu oleh hal-hal lain yang melalaikan, termasuk makanan. 

Sejak awal Ramadhan, kata Kamaruzzaman, jamaah dari seluruh daerah  mendatangi dayah. Durasinya, kata Kamaruzzaman, berkisar antara 10 hari atau 20 hari. Bahkan, kata dia, ada jamaah yang mengikuti ritual ini sejak awal Ramadan hingga Idul Fitri. 

“Hingga saat ini, jamaah terus berdatangan,” kata Kamaruzzaman.

Para jamaah, kata dia, mengikuti salat lima waktu berjamaah. Mereka juga menjalankan ibadah salat sunnah selain tarawih. Di malam hari, kehidupan di dayah itu semakin semarak dengan rangkaian ibadah zikir hingga salat tahajut. 

Di pagi hari, para jamaah berolah raga sembari mengutip sampah untuk melatih diri hidup sederhana dan menjaga kebersihan lingkungan. 

Mengutip Abuya Amran, Kamaruzzaman mengatakan bahwa suluk adalah cara untuk melepaskan kaitan insan selain kepada Allah. Dengan demikian, seorang muslim dapat  beribadah dengan khusuk; menghadirkan hati seutuhnya hanya kepada Allah dan berakhlak futuwah serta bermakrifat dengan tauhid hakiki.

Kamaruzzaman mengatakan buah dari ritual ini adalah agar seorang muslim mengurangi rasa cinta dunia dan gemar terhadap aktivitas yang mengantarkan diri ke akhirat, kampung yang kekal. 

“Dan yang tak kalah penting adalah menambah keyakinan dan ketakwaan kepada Allah dan Rasulullah Muhammad saw serta berkasih sayang antara sesama, saling berbagi dan mengenali saudara muslim yang lain,” kata Kamaruzzaman.