Besok Malam Akan Terjadi Fenomena Bulan Biru

Fenomena bulan biru atau blue moon. Foto: net.
Fenomena bulan biru atau blue moon. Foto: net.

Fenomena bulan biru (blue moon) diperkirakan bakal terjadi besok malam. Andi Pangeran, peneliti Pusat Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), mengatakan ada dua definisi terkait fenomena itu.


"Yang pertama, bulan biru musiman (Seasonal Blue Moon). Hal ini terjadi saat purnama ketiga dari salah satu musim astronomis yang di dalamnya terjadi empat kali bulan purnama," kata Andi seperti dikutip dari Uzone, Sabtu, 21 Agustus 2021.

Fenomena kedua yakni bulan biru bulanan. Fenomena ini terjadi saat purnama kedua dari salah satu bulan dalam kalender Masehi yang di dalamnya terjadi dua kali bulan purnama.

Fenomena alam yang akan terjadi besok, kata Andi, masuk dalam kategori bulan biru musiman. Dalam almanak petani Maine, di Amerika Serikat, purnama ini dinamakan sebagai Purnama Sturgeon dikarenakan terjadi pada Agustus.

Sesuai namanya, saat purnama ini terjadi, muncul ikan Sturgeon, yang menghasilkan kaviar, di permukaan danau di daerah itu. Hal ini memudahkan para nelayan di daerah itu menangkap ikan tersebut.

Purnama ini juga memiliki nama lain: Purnama Jagung Hijau (Green Corn Moon), Purnama Ceri Hitam (Black Cherry Moon) dan Purnama Terbang Tinggi (Flying Up Moon).

Untuk Blue Moon Musiman terjadi setiap dua atau tiga tahun sekali. Sebelumnya pernah terjadi pada 19 Mei 2019 dan 22 Mei 2016. Fenomena Blue Moon Musiman akan terjadi lagi pada 20 Agustus 2024 dan 20 Mei 2027.

Blue Moon Bulanan juga terjadi setiap dua atau tiga tahun sekali, sebelumnya penah terjadi pada 31 Juli 2015 dan 31 Januari 2018. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 31 Agustus 2023 dan 31 Mei 2026 mendatang.

Andi mengatakan dalam sebuah musim astronomis, yang ditandai oleh solstis ataupun ekuinoks, dapat terjadi tiga kali purnama.

Hal itu karena durasi musim untuk musim gugur (belahan utara) dan musim dingin (belahan utara) rata-rata 89,5 hari, sedangkan durasi musim untuk musim semi (belahan utara) dan musim panas (belahan utara) rata-rata 93 hari.

Sedangkan rata-rata lunasi (satu siklus periode sinodis Bulan mengelilingi Bumi) sebesar 29,53 hari. Jika pada purnama pertama terjadi berdekatan dengan awal musim astronomis, maka memungkinkan dalam sebuah musim astronomis terjadi empat kali purnama.

Purnama ketiga dalam sebuah musim astronomis yang mengalami empat kali purnama inilah yang disebut sebagai bulan biru.

Namun saat itu, bulan tidak benar-benar berubah biru. Andi mengatakan asal-usul historis istilah ini dan dua definisinya sebenarnya masih simpang siur dan kebanyakan pihak menganggapnya sebagai kesalahan interpretasi.

Banyak orang meyakini istilah Blue Moon yang dimaknai sebagai sesuatu hal yang terjadi sangat langka berasal dari ketika kabut asap dan abu vulkanik dari letusan gunung berapi mengubah Bulan menjadi berwarna kebiruan.

Istilah ini sudah ada setidaknya sejak 400 tahun yang lalu dari penelusuran saat ini, yang mana seorang penutur cerita rakyat berkebangsaan Kanada, Dr. Philip Hiscock, mengusulkan bahwa penyebutan “Bulan Biru” bermakna bahwa ada hal yang ganjil dan tidak akan pernah terjadi.

Bulan Biru Bulanan dapat terjadi jika Bulan Purnama terjadi di sekitar awal bulan Masehi. Hal ini dikarenakan rata-rata lunasi sebesar 29,53 hari; lebih pendek dibandingkan dengan 11 bulan dalam kalender Masehi.

Bulan Biru Musiman terjadi sedikit lebih jarang daripada Bulan Biru bulanan—dalam 1100 tahun antara 1550 dan 2650, ada 408 Bulan Biru Musiman dan 456 Bulan Biru Bulanan. Dengan demikian, baik musiman maupun bulanan, Bulan Biru terjadi kira-kira setiap dua atau tiga tahun.

Bulan Biru yang benar-benar berwarna biru dapat terjadi sangat langka dan tidak ada hubungannya dengan kalender, fase Bulan atau jatuhnya musim, melainkan akibat dari kondisi atmosfer. Abu vulkanik dan kabut asap, droplet di udara, atau jenis awan tertentu dapat menyebabkan Bulan Purnama tampak kebiruan.