Bili Droe, Warisan Indatu Pendongkrak Ekonomi Keluarga

Proses pembuatan Bili Dore. Foto: Helana Sari/RMOLAceh.
Proses pembuatan Bili Dore. Foto: Helana Sari/RMOLAceh.

TANGAN-tangan sedikit keriput termakan usia dengan lihai memainkan anyaman, matanya tajam terfokus pada rancangan yang akan dibuatnya. Sesekali ia melirik lalu fokus kembali. Hitungan jam anyaman tersebut rampung menjadi karya unik bernilai.


Terlihat Ulfa menyambut kehadiran para pembeli, beberapa ibu-ibu tampak sibuk menganyam sembari bercengkrama, saling mendorong memecah fokus, tertawa hingga sibuk kembali pada kegiatan masing-masing.

Suasana para srikandi yang ikut berjuang untuk ekonomi keluarga ini akan terlihat di bawah rumah Aceh, aktivitas dilakukan di bawah laintai yang sebelumnya sudah di semen.

Ulfa dan yang lainnya mengenyam bemban dengan rapi dan cekatan, sesekali tangan-tangan itu membasahi bemban agar mudah dibentuk pola. Sehingga menghasilkan alat bernilai jual. 

Setiap hari, semua wanita yang ada di desa ini berkumpul bersama untuk menganyam, aktivitas ini dilakukan dari generasi ke generasi. Indatu telah mewariskan ilmu yang kini telah dinikmati anak cucu, kekayaan alam melimpah di kabupaten Aceh Besar telah mendongkrak ekonomi masyarakat.

Produk berbahan baku tanaman bemban ini tumbuh subur di hutan Lampanah, Indrapuri, Aceh Besar. Pendongkrak ekonomi kreatif masyarakat tersebut bernama Bili Droe, Usaha Mikro, kecil, dan menengah (UMKM) ini telah berjalan sejak tahun 1983 dengan nama kelompok usaha tunas karya. Pada tahun 2016 kelompok usaha ini mengalami rebranding dengan nama Bili Droe.

“Kelompok anyaman Bili Droe ini sudah ada sejak tahun 1983,” kata Ulfa kepada Kantor Berita RMOLAceh, Senin, 5 Desember 2022.

Bili Dore, kata Ulfa, sudah turun temurun diwarisi dari nenek moyang. Bahkan, Ulfa merupakan generasi keenam yang telah menerima warisan itu.

Ulfa berkisah saat itu, Ibu mengamanahkannya untuk melanjutkan usaha, usia ibunda yang semakin termakan usia sehingga mendorong ia membulatkan niat meneruskan. Siapa sangka UMKM ini berhasil dilirik oleh Dinas koperasi dan UMKM dan Bank Indonesia (BI).

Melalui tekad dan dukungan dari instansi usaha ini difasilitasi menghadapi hambatan dan kendala, baik dari internal maupun eksternal. Seperti saat sedang dalam proses produksi, mengelola dengan baik, memasarkan hingga nasional dengan promosi, serta permodalan.

“Tekad dan dukungan yang diberikan oleh mereka telah mengantarkan kami di titik kesejahteraan,” ujar dia. “Saat ini menjadi salah satu pendukung ekonomi keluarga, Bili droe membuat ibu-ibu disini untuk berdikari.”

Ulfa menjelaskan, batang bili berasal dari Bahasa Aceh, diartikan sebagai tumbuhan bemban atau bamban (donax canniformis), jenis tanaman semak ini kata Ulfa adalah tumbuhan yang tumbuh liar di hutan.

Dahulu, ibu-ibu datang langsung untuk mencarinya, namun kini sudah ada tenaga bantu khusus yang menjualnya ke usaha Bili Droe. Sehingga pengrajin tinggal menganyam sesuai dengan kebutuhan pasar.

“Tanaman Bili tumbuh di hutan dan pegunungan, dan paling banyak ada di Indrapuri. Kemudian masyarakat mencari dan menyayat bagian kulitnya yang berwarna hijau sehingga menjadi bahan anyaman,” sebut dia.

Bili dore kini telah menghasilkan berbagai karya unik, produk kerajinan diantaranya dompet, keranjang, tas, tudung saji, tutupan air mineral, vas bunga, hingga berbagai karya lainnya. Produk dari tangan lihai dan terampil ibu-ibu di Desa Lampanah telah dipromosikan dan dipasarkan hingga ke PT Sarinah Jakarta

Dia berharap, Bili Droe ada peningkatan kualitas. Sehingga mampun memenuhi permintaan pasar. “Semoga terus dipasarkan dengan baik di daerah maupun nasional,” kata dia.

Kelompok Bili droe sama dengan UMKM lainnya, terus berbenah menjadi lebih baik lagi, Ulfa dan tim khusus memasarkan kerajinan ini secara online dan offline, dengan aktif mengikuti bazar atau pameran. Secara online ulfa mempromosikan semua hasil anyaman melalui WhatsApp, Instagram hingga website.

Barang bemban dengan nilai daya tarik mencintai alam dan ramah lingkungan, menolak penggunaan bahan plastik untuk rumah tangga serta kegiatan sehari-hari. Produk dari Bili droe termasuk tahan lama, kata Ulfa dapat bertahan hingga dua tahun lamanya.

“Harga yang kami jual bermacam-macam, mulai dari puluhan hingga ratusan ribu, harga yang tersebut dijajal atas pertimbangan tingkat kerumitan dari produk itu yang dibuat oleh pengrajin,” kata dia.