BPBA: Tahun Lalu Aceh Alami 469 Kali Bencana, Kerugian Capai Rp 335 Miliar

Data jumlah bencana di Aceh. Foto: BPBA.
Data jumlah bencana di Aceh. Foto: BPBA.

Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) mencatat selama 2022 sebanyak 469 kejadian bencana terjadi di Aceh. Dari total tersebut perkiraan kerugian mencapai Rp 335 miliar. Selama itu pula kejadian bencana di Aceh turun 17 persen.


Kemudian sebanyak 14 orang meninggal dunia dengan rincian dua orang meninggal akibat longsor, tiga orang akibat banjir bandang, satu orang karena kebakaran, dan delapan orang lainnya akibat terseret arus banjir. 

"Satu orang hilang terseret arus banjir, empat orang luka-luka dan 140.453 KK/459.452 jiwa terdampak bencana. Jumlah pengungsi sebanyak 115.455 orang serta 7.963 rumah terdampak," kata Kepala BPBA, Ilyas, dalam keterangannya, Rabu, 4 Januari 2023. 

Ilyas mengatakan, kebakaran pemukiman merupakan bencana paling tinggi yakni sebanyak 153 kali selama tahun 2022. Sedangkan jumlah kerugian yang diakibatkan oleh bencana mencapai Rp 81.3 miliar. 

"Kebakaran hutan dan lahan terjadi sebanyak 79 kali. Lahan yang terbakar seluas 241 hektar," katanya. 

Selanjutnya, bencana angin puting beliung terjadi sebanyak 71 kali, musibah ini merusak 437 rumah warga dengan total kerugian yang dialami sebanyak Rp 15.8 miliar selama tahun 2022. 

Selain itu, musibah banjir terjadi 96 kali kejadian berdampak pada 3.766 rumah dan 6 jembatan, 34 tanggul rusak serta 4.327 hektar sawah terendam dengan total pengungsi 111.127 orang. Banjir bandang terjadi 4 kali dan merendam 251 rumah dengan prakiraan kerugian Rp 11.8 miliar. 

Kemudian banjir dan longsor juga terjadi sebanyak 24 kali kejadian merendam 2.967 rumah dengan prakiraan kerugian mencapai Rp 20 miliar. Sedangkan banjir ROB terjadi satu kali san merusak 121 rumah yang terjadi di Aceh Barat. 

Sementara bencana longsor terjadi 35 kali dan kerugian mencapai Rp 860 juta. Abrasi terjadi sebanyak empat kali kejadian merusak 41 rumah dengan perkiraan kerugian Rp 2.7 miliar. 

Ilyas menyebutkan, semua bencana juga berdampak pada 175 sarana pendidikan, dua pasar, enam sarana kesehatan,19 sarana pemerintahan, hjngga 10 sarana ibadah. Selain itu, banjir dan longsor juga berdampak pada 86 ruko, 23 jembatan, 43 tanggul dan 1.350 meter badan jalan. 

Ilyas mengatakan, pada 2022 ini terjadi penurunan jumlah kejadian bencana sebesar 17 persen jika dibandingkan dari tahun 2021. Dimana jika dilihat dari tahun 2020 kejadian bencana masih tinggi terjadi yakni sejumlah 802 kejadian. 

"Kemudian turun pada tahun 2021 berjumlah 662 kejadian. Selanjutnya pada tahun 2022 turun lagi secara signifikan menjadi 469 kejadian," ujar dia. 

Dia menyebutkan, kebakaran pemukiman juga mengalami penurunan dari 269 kejadian di tahun 2021 menjadi 153 di tahun 2022. Hal yang sama dengan bencana kebakaran hutan dan lahan juga mengalami penurunan kejadian dari tahun 2021 berjumlah 133 kali menjadi hanya 79 kali saja terjadi di tahun 2022. 

”Tentunya ini merupakan hasil kerjasama kita bersama dalam meningkatkan mitigasi bencana sehingga angka kejadian bencana masih bisa kita turunkan tiap tahunnya," ucapnya. 

Ilyas juga terus menghimbau masyarakat agar menjaga alam, khususnya terkait Karhutla masyarakat diminta pula tidak mengekploitasi hutan secara berlebihan tanpa memperhatikan fungsi hutan sebagai resapan air yang berguna mencegah banjir dan longsor juga Karhutla. 

“Selain itu, pemberdayaan masyarakat atau sosialisasi kepada pelaku usaha yang terlibat perluasan lahan, kami himbau jangan membuka lahan dengan membakar hutan,” ujarnya. 

Dia berharap, masyarakat Aceh tetap selalu menjaga diri dan keluarga dari serangan pandemic yang masih ada di sekitar kita. Selain itu, masyarakat harus siap dalam menghadapi bencana, baik bencana alam maupun non alam. 

“Mari bersama-sama kita melakukan upaya pengurangan risiko bencana, karena penanggulangan bencana adalah urusan bersama, baik pemerintah maupun masyarakat dari berbagai elemen termasuk di dalamnya adalah media," kata dia.