Budidaya Bonsai di Banda Aceh, Berawal dari Hobi hingga Membawa Berkah

Bonsai dalam perawatan sebelum dipindahkan ke pot. Foto: Helena Sari/RMOLAceh.
Bonsai dalam perawatan sebelum dipindahkan ke pot. Foto: Helena Sari/RMOLAceh.

Rumah itu memiliki halaman luas begitu asri ditumbuhi puluhan tanaman rimbun hingga berbagai jenis bunga, seorang pria sedang menyiram tanaman lalu mengambil sebuah tanaman dengan ukuran sangat kecil, tanah campuran mulai dimasukkan ke dalam vas mini.


Pria tersebut bernama Andre (40). Secara pelan dan penuh kehati-hatian Andre mengeluarkan tanaman dari wadah ukuran sedang lalu menggulung akar tanaman agar muat saat memindahkan ke vas ukuran lebih kecil. Tangan lihai itu kemudian menambah lumut di permukaan tanah untuk menambah nilai estetika tanaman miliknya.

Tanaman yang dipindahkan oleh Andre tersebut adalah Bonsai. Warga Lampriet ini sudah menekuni budidaya bonsai sejak empat tahun lalu. Dengan memanfaatkan halaman rumahnya, Andre mengolah tanaman yang dikerdilkan di dalam pot dangkal untuk membuat miniatur dari bentuk asli pohon itu.

"Harus pelan-pelan kalau tidak dia (tanaman mini) bisa stress," kata Andre saat ditemui wartawan RMOLAceh di pekarangan rumahnya di Lampriet, jl Todak nomor 43, Kuta Alam, Banda Aceh, Rabu, 22 Februari 2023.

Andre merawat Bonsai miliknya. Foto: Helena Sari/RMOLAceh 

Andre sudah berkenalan dengan bonsai sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Saat itu dirinya melihat salah seorang tetangga yang membudidaya tananam yang populer di Jepang dan beberapa negara Asia lainnya. Namun saat itu Andre belum serius menggeluti budidaya Bonsai, karena masih fokus untuk pendidikan dan pekerjaan lain.

Sebelum fokus menjadi seniman bonsai, Andre merupakan pelaku pariwisata, namun Pandemi Covid-19, membuat ruang gerak masyarakat terbatas sehingga berdampak pada usahanya. Ande kemudian mencoba mengisi kekosongan itu menanam dan merawat Bonsai.

Puluhan tanaman bonsai seperti Serbin, Sancang, Hokiant, Anting Putri, Red Panama dan Waru merupakan dibudidayakan oleh Andre. Dua mengaku tidak ingin merusak alam dengan cara mengambil tanaman di hutan.

Menurut Andre, tanaman Sancang menjadi pilihan paling banyak peminat sebab memiliki bentuk dan ukuran yang proporsional dibandingkan Bonsai lainnya.

Andre mengungkapkan bahwa membentuk tanaman mini bukan hal mudah. Diperlukan waktu dua tahun untuk memperoleh pohon yang semula besar tersebut menjadi kecil. Perlakuan khusus dilakukan, mulai dari akar yang terus dipangkas, hingga menjadi akar serabut dan pemangkasan batang dilakukan sedikit demi sedikit. 

Salah satu tanaman Bonsai yang dibudidayakan oleh Andre. Foto: Helena Sari/RMOLAceh.

"Tanaman kita murni hasil budidaya, bukan dongkelan di hutan, untuk apa kita merusak habitat aslinya jika bisa membudidayakan sendiri. Ilmu ada sudah dipelajari," kata Andre yang dulunya pernah menjadi tukang kebun di Jerman.

Setelah Bonsai berhasil dibudidayakan, pria yang pernah menempuh pendidikan perhotelan ini mulai menjual Bonsai pada teman dekat atau orang yang dikenalnya. Tanaman hias tersebut juga dijual, melalui media sosial. Beberapa waktu belakangan ini menurut Andre Bonsai miliknya juga dipesan oleh sejumlah konsumen dari Kalimantan dan Papua.

"Tapi itu tadi, pengiriman kita tau sendiri lama prosesnya dan tanaman kita memerlukan perlakuan khusus," ujar Andre.

Untuk harga jual Andre membandrol Bonsai miliknya dengan harga mulai dari Rp 300 Ribu hingga belasan juta. Variasi harga tersebut tergantung kerumitan selama budidaya, dan nilai seni yang menjadi daya tarik pohon mini tersebut.

"Seni tidak ada harganya, tergantung ukuran. Namun kita sesuaikan dengan kantongnya pembeli," ujarnya.

Untuk perawatan kata Andre, tanaman ini tergolong tidak sulit, pemilik hanya perlu menyiram setiap pagi dan sore. Untuk nutrisi tambahan, pemilik cukup memberikan pupuk dua kali dalam satu tahun.

Andre menyarankan, jika ukuran Bonsai tidak ingin terlalu besar, maka pemilik tanaman harus sering melakukan pemangkasan pada daun atau batang.

"Sekarang bukan jaman lagi beli tanaman mini palsu, ini sudah ada yang asli," kata Andre.

Selain menjual tanaman dan pot, Andre menerima jasa perawatan dari pelanggan. Menurutnya kecintaan orang terhadap tanaman Bonsai membuat para pembeli menjadi pelanggan.

"Orang kalau udah suka sama tanaman, nanti pasti balik lagi. Entah untuk melihat saja bahkan ada yang cuman beli pot, kalau sudah suka jadi candu," ujarnya.

Meskipun usaha ini baru berjalan selama empat tahun, siapa sangka kegiatan mengolah Bonsai yang awalnya bermula dari hobi, kini bisa mendatangkan omzet cukup untuk menghidupi keluarganya.