Cara Pembatik Bertahan di Tengah Pandemi

Diskusi tentang batik di RMOL.ID. Foto: Elza Putri Lestari.
Diskusi tentang batik di RMOL.ID. Foto: Elza Putri Lestari.

Era pandemi membawa dampak ke berbagai sektor. Terutama sektor usaha. Untuk mengantisipasi aturan yang melarang pertemuan langsung atau tatap muka, banyak pengusaha beralih menggunakan internet sebagai media berjualan. 


Meski tak sama seperti sebelumnya, beralih ke internet memberikan napas lebih panjang kepada usaha mereka. Termasuk para pembatik di Pamekasan, Jawa Timur. “Kami tetap semangat,” kata Abdus Shomad,  pengusaha Istana Batik KaDe, dalam Jendela Usaha di zoomtalk RMOLID, Rabu, 27 Januari 2021.

Pandemi ini menyebabkan omzet usaha Abdus Shomad turun hingga 40-50 persen. Untuk menghindari kerugian lebih besar dari setiap produk kain batik yang mereka buat, Abdus Shomad dan pembatik lain di daerah itu sepakat untuk mengubah bahan yang ditarik, karena tidak sesuai pesanan, menjadi produk lain. 

Lantas, bahan-bahan rijek itu diubah menjadi produk lain yang bisa dijual. Seperti mengubah kain menjadi masker atau kopiah. Kreasi ini membuat Abdus Shomad dan pembatik lain dapat menghemat dan mendapatkan manfaat dan keuntungan dari bahan batik yang telah mereka produksi. 

Komarudin Kudiya, Ketua Umum Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia, mengatakan pihaknya menulis buku yang memuat sejumlah hal tentang batik. Mereka juga menggelar sejumlah even untuk mengangkat batik di hampir seluruh daerah agar dikenal secara nasional dan internasional. 

Komarudin juga menyampaikan bahwa batik yang diperjualbelikan di luar negeri, kata Komaruddin, memiliki ciri khas tersendiri. Yang pasti, harus mengikuti selera peminat. Hal ini, kata Komaruddin, tidak akan menghilangkan ciri khas batik Indonesia. 

“Bahkan batik sendiri sudah menjadi warisan budaya Indonesia dan memiliki cara tersendiri dalam pembuatannya,” kata Komaruddin.