Cerita Anak-anak Berjualan di Jalanan Banda Aceh: Daripada Minta-Minta

Seorang anak sedang menawarkan timun kepada pengendara di kawasan lampu lampu lalulintas (Traffic Light) Simpang Lima. Foto: Helena Sari/RMOLAceh.
Seorang anak sedang menawarkan timun kepada pengendara di kawasan lampu lampu lalulintas (Traffic Light) Simpang Lima. Foto: Helena Sari/RMOLAceh.

Arus lalu lintas di area Simpang Lima, tepatnya pada ruas Sri Ratu Safiatuddin Simpang Lima, Peunayong Banda Aceh berjalan seperti biasa. Para pengendara akan berhenti di lampu merah (Traffic Light). Begitu lampu hijau menyala kendaraan kembali melaju sesuai arah yang diinginkan. 


Di kawasan tersebut, tidak hanya disibukkan dengan lalulintas pengendara, tapi para pedagang kecil seperti penjual kerupuk, penjual mainan anak-anak juga terlihat. Aktifitas tersebut dilakoni oleh kaum dewasa. Namun, di lokasi yang sama, para bocah juga terlihat lebih sibuk ketimbang orang dewasa. 

Beberapa orang anak berbadan mungil, mengenakan baju lengan pendek, dengan celana pendek menenteng dagangan seperti timun, dan jambu merah. MA (9) contohnya, dia bersama beberapa anak lainnya menjajakan dagangannya saat lampu lalu lintas menyala merah sambil mengetok pintu kaca mobil.

"Pak, beli Pak. Belilah satu Pak," kata MA sembari mengangkat timun yang sudah dibungkus kantong plastik.

Begitulah cara mereka menawarkan dagangannya. Ketika kaca mobil tidak dibuka, maka akan dihampiri pengendara lainnya. Sampai akhirnya lampu lalu lintas kembali hijau. 

Usai berjualan, MA kemudian berjalan ke arah para pedagang lainnya yang sedang beristirahat di lokasi yang berada tidak jauh dari Simpang Lima. Dia memeriksa barang jualan. Beristirahat sejenak lalu melanjutkan.

"Kami lagi bantu mamak, itu mamak juga jualan, biar beli baju baru nanti buat lebaran," ujar MA kepada Kantor Berita RMOLAceh, Rabu sore, 5 April 2023.

MA mengatakan bahwa kalau dia bersama pedagang lain mulai berjualan sejak pukul 15.00 WIB hingga malam hari. Dirinya mengaku tidak tahu pukul berapa, jika malam hari beristirahat dari aktifitas dagangan. Namun menurutnya kegiatan menjual makanan sudah menjadi kebiasaan. Dengan alasan membantu orang tua, MA bersama saudaranya yang lain berjualan hampir setiap hari. 

"Kawan kakak jualan di sana (di lampu merah lain di Kota Banda Aceh), kami dapat buah beli sama orang, Ayah udah kawen lain, abang yang antarin barang untuk kami jualan," ujar MA mengaku yang tinggal di Ujung Batee, Aceh Besar. 

Pada Rabu sore, 5 April 2023, wartawan RMOLAceh mendatangi sekumpulan pedagang yang berjualan di lampu merah sedang beristirahat di sebuah tempat teduh. Terlihat sejumlah wanita dan pria dewasa hingga anak-anak sedang beristirahat di lokasi tersebut. Di samping mereka terdapat tiga buah becak tua.

Beberapa orang diantara mereka ada yang sedang memilah barang dagangan. Ada yang sedang mengenakan busana badut. Terlihat juga para pengamen yang sedang memperbaiki alat musik. 

Seorang wanita berinisial RI (35) warga asal Aceh Utara mengaku sudah datang ke Banda Aceh bersama sang suami sejak enam bulan yang lalu. Ia berjualan di lampu merah, sedangkan sang suami menjadi badut. Mereka tinggal di salah satu tempat kost di kawasan Kuta Alam dengan membayar Rp 25 ribu perhari.

RI mengaku berjualan buah - buahan. Dalam satu kilo buah yang dia jual ada laba Rp 5 ribu. Namun dia dan pedagang lainnya sering dikejar-kejar petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

"Tapi ini karena puasa, kami bilang ke orang tu (Satpol PP) kalau kami gak jualan gimana kami beli baju anak," ujar RI.

Setelah dilakukan penertiban dan diskusi dengan berbagai pihak, RI mengaku pihak keamanan sudah melarang dirinya membawa anak untuk berjualan. Menurut RI dulu hanya mereka yang berjualan di lampu merah, namun saat ini sudah menjamur.

"Kalau ditertibkan pindah dulu, nanti datang lagi, anak kecil ini mereka mau (ikut) sendiri," ujar RI. 

RI mengatakan, beberapa anak lainnya ada yang sengaja minta ikut karena ingin mencari uang jajan tambahan. Anak- anak tersebut mereka berasal dari Neuheun, Aceh Besar. 

"Ya kita bawa aja, dari pada di kampung nyuri, mending di sini cari uang," seorang pedagang lain ikut memotong pembicaraan antara wartawan RMOLAceh dengan RI. 

Tawaran Bantuan Sosial Baru Sebatas Minta Data

RI bersama beberapa pedagang lain mengaku lima bulan yang lalu mereka pernah didatangi oleh petugas Dinas Sosial (Dinsos) Aceh. Petugas tersebut meminta data seperti Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Namun hal itu baru sebatas data. 

RI mengaku kalau mereka ditawari akan diberi bantuan modal usaha dengan syarat tidak berjualan lagi, apalagi melibatkan anak-anak. Namun jika kedapatan melanggar maka bantuan usaha akan ditarik kembali oleh Dinas terkait. 

Kepada RMOLAceh RI mengaku faktor ekonomi mengharuskan sejumlah anak  ikut berjualan membantu orang tua. Meski berbeda dari usia anak pada umumnya, namun menurutnya, setiap anak tentu memerlukan uang untuk membeli apa yang mereka butuhkan.

Saat ini menurut RI ada puluhan anak-anak yang tidak diketahui berasal dari mana ikut berjualan bahkan sampai malam hari. 

"Orang ni (anak-anak) memang membantu mamaknya kalau menurut saya, karena miskin, siapa yang membantu? dari pada meminta-minta," ujar RI mengakhiri obrolan dengan wartawan RMOLAceh.