Cerita Keluarga Korban Tsunami Aceh: Ikhlas Sudah, Lupa Tak Bisa

Rosmiati 53 tahun (kiri) berziarah ke kuburan massal Gampong Siron, Ingin Jaya, Aceh Besar, pada peringatan 18 tahun Tsunami Aceh. Foto: Razi/RMOLAceh.
Rosmiati 53 tahun (kiri) berziarah ke kuburan massal Gampong Siron, Ingin Jaya, Aceh Besar, pada peringatan 18 tahun Tsunami Aceh. Foto: Razi/RMOLAceh.

Rosmiati 53 tahun, tak bisa membayangkan anak laki-laki bersama keluarga lainnya ikut terseret gelombang Tsunami yang terjadi pada 18 tahun silam. Bencana itu telah merenggut banyak korban jiwa harta dan benda.


Warga Panteriek, Kecamatan Lueng Bata, Banda Aceh, ini datang bersama keluarga ke kuburan massal Siron, Ingin Jaya, Aceh Besar untuk mendoakan mendiang anaknya yang telah berpulang ke Ilahi Rabbi.

"Sampai sekarang kami masih sedih, anak laki-laki saya ikut hilang dibawa air saat musibah Tsunami dulu," kata Rosmiati kepada Kantor Berita RMOLAceh, Senin, 26 Desember 2022.

Sambil terisak, Dia mencoba mengingat kembali memori 18 tahun silam saat air bah itu datang. Tak hanya anak, Rosmiati juga kehilangan ayah, kakak hingga keponakannya dalam musibah maha dahsyat yang terjadi 26 Desember 2004 tersebut.

"Sudah 18 tahun anak saya, bapak saya, kakak saya, dan keponakan saya habis semuanya (dibawa Tsunami)," katanya.

Dia menyebutkan, meski sudah 18 tahun air bah itu berlalu, tetapi rasa rindu keluarga tetap membekas. Rosmiati berharap, bala itu tidak lagi ada di Bumi Serambi Mekah.

"Tiap tahun kami datang ziarah ke sini nggak ada tempat lain. Kami yakin keluarga kami dimakamkan disini" ujar Rosmiati.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Aya. Warga Banda Aceh ini mengaku, saban tahun berziarah ke kuburan massal Siron, mengirim surah Al Fatihah, berdoa hingga membaca surah Yasin di atas lapangan terbuka.

Aya mengaku, dalam musibah tsunami 18 tahun silam, ia kehilangan delapan orang keluarganya. Meski tetap merasakan duka hingga kini, namun ia tetap bangkit dan mengambil hikmah dari kejadian itu.

"Setiap tahun ke sini mengirimkan doa. Harapnnya harus tetap bangkit kedepannya tidak mungkin kita disitu situ aja dalam kesedihan," ujar Aya.

Aya mengatakan, musibah dan bencana yang telah berlalu harus bisa menjadi iktibar untuk introspeksi diri. Dia juga berharap, keluarga korban yang lainnya tetap semangat dalam menjalani kehidupan kedepannya.

"Banyak yang harus dicapai mungkin jangan bersedih. Tetapi hal ini tetap menjadi trauma di masa lalu juga," katanya.

Sebagai informasi, tahun ini Pemerintah Aceh menggelar peringatan momen 18 tahun gempa dan Tsunami Aceh yang dipusatkan di kuburan massal Gampong Siron, Aceh Besar.

Pada peringatan 18 thun Tsunami Aceh itu, dihadiri Penjabat (Pj) Gubernur Achmad Marzuki, Wali Nanggroe Aceh Paduka Yang Mulia Malik Mahmud Al-Haythar, Ketua DPR Aceh, Samsul Bahri alias Pon Yaya. Selain itu hadir juga Kapolda Aceh, Irjen Pol Ahmad Haydar dan Forkopimda Aceh lainnya.

Kemudian terlihat hadir juga Pj Kota Banda Aceh Bakri Siddiq, Pj Bupati Aceh Besar Muhammad Iswanto, Anggota DPR RI asal Aceh, Illiza Sa'aduddin Djamal, ulama Aceh Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab atau Tusop.