Dihadiri Pakar dan Praktisi Nasional, USK Business Forum (UBF) Diluncurkan

Webinar nasional sekaligus meluncurkan USK Business Forum (UBF) secara daring di Banda Aceh. Foto: Dokumentasi USK..
Webinar nasional sekaligus meluncurkan USK Business Forum (UBF) secara daring di Banda Aceh. Foto: Dokumentasi USK..

Rektor Universitas Syiah Kuala, Profesor Samsul Rizal membuka webinar nasional sekaligus meluncurkan USK Business Forum (UBF) secara daring di Banda Aceh. UBF dibentuk sebagai wadah komunikasi antara dinia perguruan tinggi dengan dunia usaha.


"Saya mengharapkan kepada mahasiswa USK untuk dari sekarang melatih diri menjadi wira usaha muda, jangan lagi mengharapkan menjadi pegawai negeri," kata Samsul, Sabtu, 31 Juli 2021.

Samsul, dalam kesempatan itu, menyampaikan apresiasi yang tinggi atas terbentuknya UBF. Forum ini memiliki posisi startegis untuk menumbuhkembangkan iklim dunia usaha yang lebih inovatif. 

USK dengan jumlah civitas akademika yang cukup besar, lebih 32 ribu mahasiswa, 1600 dosen dan 2000-an karyawan merupakan potensi besar yang bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan bisnis berbasis produk hasil inovasi, jasa pelayanan dan sekaligus menjadi market yang besar bagi mitra bisnis USK. 

Samsul mengatakan seluruh dosen dan mahasiswa USK memiliki kesempatan menghasilkan inovasi dari hilirisasi riset yang bernilai komersial yang tinggi. Selain bisa menghasilkan berbagai kekayaan intelektual bagi kampus, sekaligus juga bisa dikomersialkan untuk menghasilkan pendapatan baik bagi kampus maupun masyarakat.

“Jadilah pengusaha yang tangguh, kompeten dalam keilmuan, berani dan kuan menghadapi tantangan, terampil dalam komunikasi dan human relation, serta berakhlak mulia. Ini akan menjadi modal besar dalam memperbaiki masa depan bangsa kita," kata Samsul.

Pada kesempatan yang sama juga dilakukan Webinar Nasional dengan tema Akselerasi Sosio-Technopreneurship dan Inovasi Perguruan Tinggi dengan menghadirkan pakar dan paktisi nasional yang kompeten dan berpengalaman. 

Hadir sebagai pembicara Rahayu Puspasari, Kepala Biro Komunikasi Kemenkeu RI dan Direktur Utama LMAN 2015-2020 dengan materi Strategi Mengembangkan Income Generating BLU. Sedangkan Riza Damanik, Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM, menyampaikan materi Kolaborasi UKM dan Perguruan Tinggi Sebagai Alternatif Kekuatan Ekonomi Nasional. 

Pembicara lain adalah Syaifullah Muhammad, Ketua Badan  Pengembangan Bisnis USK, Meika Syahbana Rusli, Kepala SBRC IPB dan Dirut PT BLST IPB 2012-2019 dengan materi Inovasi dan Strategi Perguruan Tinggi Mengembangkan Bisnis, Ismail Rasyid, SE, CEO PT. Trans Continent (Royal Group) dengan materi Pengembangan Potensi Daerah Untuk Bisnis Nasional dan Internasional dan Fendi Anjasmara, Kepala PT. Pos Perwakilan Aceh dengan materi Inovasi Digital Business, Strategi dan Peluang Kolaborasi. Webinar dimoderatori oleh Dr. Ratna Mulyany, Kepala Divisi Kerjasama dan Hubungan Internasional Badan Pengembangan Bisnis USK. 

Rahayu Puspasari, yang menjadi narasumber pertama, menekankan pada kreativitas dalam mengelola aset dan sumber daya di perguruan tinggi khususnya yang berstatus Badan Layanan Umum (BLU) seperti USK. Potensi Bisnis USK yang demikian besar harus dikelola dengan cermat dan fokus agar bias menghasilkan reveniew generating bagi pengembangan sekaligus kemandirian USK. 

Dia mengatakan analisis model bisnis harus dilakukan secara cermat, agar income yang dihasilkan dari satu unit bisnis tidak habis untuk subsidi kepada unit bisnis yang tidak produktif. Namun demikian, income tidak selalu harus diartikan secara finansial berupa uang cash.

"Income juga bisa berarti dampak sosial budaya yang bisa diperoleh dalam suatu aktivitas bisnis” ujar Puspa yang sukses mengantarkan Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) menjadi BLU yang mandiri dan maju. 

Narasumber kedua, Riza Damanik, menguraikan posisi strategis UMKM dan perguruan tinggi dalam perekonomian nasional. Sampai saat ini UMKM menjadi tulang punggung perekonomian nasional yang relatif tahan terhadap berbagai krisis. UMKM perlu didukung melalui kebijakan dan kesempatan yang lebih besar agar bisa naik ke jenjang yang lebih tinggi dan siap bersaing secara global.

Perguruan tinggi, kata Riza, bisa membantu UMKM meningkatkan inovasi teknologi agar produk UMKM bernilai tinggi dan memperoleh justifikasi ilmiah sehingga mampu bersaing di market, baik lokal, nasional maupun internasional. Untuk itu UMKM perlu meningkatkan kualitas baik produk maupun kemasan. 

"Memang akan memerlukan pelaratan yang tidak murah, tapi bisa dengan pendekatan factory sharing yang memungkinkan UMKM  berhimpun menjadi kelompok bisnis yang relatif besar dengan memanfaatkan  fasilitas secara bersama," kata Riza. 

Pada kesempatan yang sama, Ketua Badan Pengembangan Bisnis USK, Syaifullah Muhammad menguraikan potensi bisnis yang ada di USK, baik bisnis akademik maupun bisnis non akademik. Saat ini banyak peluang bisnis yang bisa dikembangkan dan melibatkan pihak dunia usaha sebagai mitra bisnis.

Beberapa peluang antara lain pembukaan klinik pratama dan apotek Pendidikan, Roasting Kopi, Peternakan, Rumah Sakit Hewan dan Petshop, Pembibitan, Daur ulang sampah, SPBU, Hotel, Furniture, Training, Jasa kepakaran, sport center, open space even, kantin dan mini market dan ekspor produk atsiri. 

Syaifullah mengajak para pihak berkolaborasi dengan USK-Business atau U-Business. USK memiliki berbagai fasilitas dan sumber daya yang bisa menjadi income generating untuk kemajuan Bersama. Ke depan, setiap orang akan berkesempatan mendapatkan income dari USK-Business. Dengan aplikasi yang akan dikembangkan dan didukung oleh regulasi, maka setiap transaksi bisnis yang terjadi, akan ada potongan yang di share langsung ke rekening yang bersangkutan. 

"Dengan demikian, maka terbuka kesempatan bagi puluhan ribu mahasiswa dan civitas akademika USK lainnya untuk mendapatkan income sebagai tenaga marketing dari produk dan fasilitas USK," kata Syaifullah yang juga merupakan Kepala ARC-PUIPT Nilam Aceh USK ini.

Narasumber selanjutnya Meika Syahbana Rusli, menjelaskan pengalam IPB dalam penembangan bisnis. IPB saat ini merupakan PTNBH yang telah memiliki berbagai kegiatan bisnis secara professional dan memberikan pendapatan yang sangat signifikan bagi IPB. 

Meika mengungkapkan IPB mengandalkan bisnis berbagi pelayanan dari asset asset yang ada. Namun seiring perjalanan waktu, kini kami menyadari bahwa bisnis berbasi inovasi merupakan pilihan yang tepat untuk menjadi pilihan utama. 

"Bisnis berbasis inovasi bersifat renewable dan tidak akan pernah habis untuk terus diekplorasi dan dikembangkan,” kata Meika, yang saat ini merupakan Kepala SBRC IPB.

Pemaparan selanjutnya dilakukan oleh Ismail Rasyid, pengusaha asal Aceh yang sukses melakukan bisnis ekspor impor. Ismail menguraikan kayanya komoditas lokal Aceh seperti kopi, nilam, coklat, sawit dan lain-lain yang sangat diminati oleh market internasional.

“Mendengar berbagai pemaparan pada seminar ini, membuat saya semakin yakin dan bersemangat untuk berbuat sesuatu untuk memajukan negeri kita khususnya Aceh” ujar Ismail. 

Pembicara terakhir adalah Fendi Asmara yang menguraikan digital marketing sebagai salah satu tools penting untuk bisnis di masa depan.

“PT. Pos Indonesia telah memiliki aplikasi digital Pos Pay yang bisa digunakan untuk memperlancar berbagai transaksi bisnis. PT. Pos siap bekerjasama dengan perguruan tinggi, pemerintah, dunia usaha dan masyarakat," kata Fendi.

Webinar yang dihadiri sekitar 300 orang dari seluruh Indonesia dan juga dari negara tetangga Singapura, Malaysia dan Australia ditutup oleh Wakil Rektor 1 USK Profesor Marwan dengan memberikan sertifikat kepada narasumber. Dia berpesan bahwa langkah pertama yang positif ini melalui UBF, akan dilanjutkan dengan langkah-langkah lanjutan untuk kemajuan bersama.