Diinisiasi Bekas Menteri Kesehatan, Indonesia Punya Vaksin Nusantara

Vaksin Nusantara. Foto: Net.
Vaksin Nusantara. Foto: Net.

RSUP dr. Kariadi Semarang bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro mengembangkan Vaksin Nusantara yang diinisiasi oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Vaksin Nusantara disebut sebagai vaksin pertama di dunia untuk Covid-19 yang menggunakan metode sel dentritik autolog.


"Vaksin dengan sel dentritik ini bukan yang pertama di dunia kedokteran, tapi pertama digunakan untuk Covid-19. Saat ini baru selesai tahap 1 uji klinis untuk fokus pada faktor safety-nya,” ujar dr. Yetty Movieta Nency seperti dikutip dari Farah.id, Ahad, 21 Februari 2021.

Cara kerja Vaksin Nusantara terbilang sangat mudah dipahami. Pertama-tama dilakukan pengambilan sel darah putih subjek untuk mengambil sel dentritik yang terkandung dalam sel darah putih. Kemudian sel dentritik akan dipaparkan dengan rekombinan antigen SARS-Cov-2.

Setelah sel dentritik mengenal antigen tersebut, baru kemudian disuntikkan kembali ke subjek. Penyuntikan tersebut akan memicu sel imunitas lain untuk melawan Covid-19. Hingga terbentuklah pertahanan memori terhadap Covid-19.

“Jarak waktu dari pengambilan sampel sel dentritik autolog (milik subjek sendiri-red) hingga inkubasi menjadi vaksin adalah satu minggu,” kata Yetty.

Ciri vaksin yang bagus adalah aman, memiliki efikasi dan efektivitas yang bagus, serta terjangkau (affordable). Harga Vaksin Nusantara nantinya diperkirakan tidak akan lebih mahal dari vaksin lain yang sudah lebih dulu beredar.

Vaksin Nusantara ini diklaim memiliki beberapa kelebihan. Pertama lebih aman karena menggunakan sel darah subjek sendiri (autolog) hingga diharapkan less allergy dan minim reaksi penolakan.

Kedua, vaksin ini juga halal karena nonadjuvan—tidak menggunakan tambahan yang berasal dari benda/ hewan. Ketiga, vaksin ini lebih hemat karena pemerintah tidak akan mengeluarkan anggaran tambahan untuk vaksinasi, seperti penyimpanan, distribusi, dan penambahan adjuvan bisa diminimalkan.

Saat ini, Vaksin Nusantara siap memasuki fase 2 uji klinis yang akan diikuti 180 relawan melalui screening ketat. Tujuannya adalah untuk mengetahui lebih jauh tingkat keamanan serta efektivitas dan efikasinya.

Vaksin Nusantara ditargetkan dapat menjadi vaksin bagi orang-orang yang saat ini masuk kategori tidak bisa menerima vaksin karena memiliki penyakit berat. Yetti mengatakan bukan kali ini saja manusia berhasil melawan virus dengan vaksin.

Vaksin ada yang menimbulkan kekebalan jangka pendek dan jangka panjang. Jika virus memiliki karakteristik yang stabil, diharapkan kekebalan tubuh akan bertahan lama. Ini nanti akan diteliti lebih jauh pada fase 2.

Yetti mengatakan vaksin bisa menimbulkan kekebalan seumur hidup, tapi bukan berarti orang tersebut tidak bisa terkena lagi. Namun saat terkena, maka kondisinya akan jauh lebih ringan. Tidak ada satu vaksin pun di dunia yang mampu mengurangi 100 persen kemungkinan tidak terpapar lagi.

Pandemi memang menuntut penelitian vaksin bisa dilakukan lebih cepat. Menurut Yetty, saat ini uji klinis Vaksin Nusantara memang dipercepat tapi tetap memperhatikan standar serta aturan yang baik dan benar. Masih ada beberapa tahapan uji klinis dan peneltian yang harus dikejar.

“Insya Allah mungkin akhir tahun baru bisa diberikan ke masyarakat, tentu berdasarkan hasil penelitian dan inspeksi BPOM," kata Yetti.