Dinahkodai Muhibbussabri, PDA Kembali Ganti Nama dan Lambang

Partai Daerah Aceh. Foto: net
Partai Daerah Aceh. Foto: net

Muhibbusabri alias Abi Muhib, kembali pimpin Partai Daerah Aceh berdasarkan hasil Musyawarah Raya Luar Biasa (MURALUB) di Takengon, Aceh Tengah. 


Acara yang berlansung pada 10-12 September 2021 itu, diikuti seluruh Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) dan Dewan Perwakilan Pusat (DPP).

Hasil musyarawah itu juga menghasil tiga keputusan lain. Yaitu, penetapan nama dan lambang baru, perubahan AD/ART dan juga penetapan sekaligus pembaruan masa jabatan ketua umum.

Sekretaris Jenderal PDA, Teungku Razuan, menjelaskan perubahan nama dan lambang partai adalah suatu keharusan bagi partainya. Karena adanya aturan ambang batas.

"Perolehan anggota DPRA terpilih kita di masa pemilu kemarin hanyalah tiga kursi. Maka Partai Daerah Aceh tidak bisa ikut berpatisipasi pada pemilu mendatang," kata Teungku Razuan, kemarin.

Razuan mengatakan perubahan nama tersebut menghasilkan dua opsi nama baru. Yaitu, Partai Darul Aceh dan Partai Demi Aceh.

Nama itu, kata Razuan, akan diajukan ke Kemenkumham agar bisa segera ditindaklanjuti dan disahkan sesuai aturan. Sedangkan komisi II membahas perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. 

"Beberapa pasal memang disesuaikan dengan aturan-aturan terbaru dalam kepartaian dan penyesuaian dengan nama dan lambang baru partai," kata Razuan.

Razuan menyebutkan jika biasanya MURA atau MURALUB terdapat agenda pemilihan ketua baru. MURALUB PDA kali ini juga melalukukan penetapan atau perpanjangan periode masa jabatan ketua umum.

Razuan menjelaskan Keputusan ini diambil mengingat waktu yang yang dibutuhkan untuk verifikasi partai oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) sangat dekat.

Ketua PDA, Abi Muhib, mengatakan partainya tidak mau kehilangan fokus dengan jabatan-jabatan internal partai. Karena, kata dia, tugas besar menunggu untuk memperbarui dan memperkuat partai.

Abi Muhib hakul yakin, kedepannya peluang PDA semakin bagus untuk menjadi partai yang besar. "Target kita bisa mencapai electoral thresshold 5 persen. Hal ini sudah tercermin dari masa ke masa," kata Abi Muhib.

Abi Muhib menjelaskan diawal setelah masa konflik Aceh memang sangat sulit. Menurut dia, pqda saat itu semua khalayak tau partai apa yang merajai politik Aceh saat itu.

"Di masa selanjutnya, perolehan kursi PDA meningkat, meskipun yang menjadi dewan dari PDA masih sedikit juga," kata Abi Muhib.

Abi Muhib menilai kondisi Aceh saat ini jauh lebih kondusif. Masyarakat pemilih pun sudah berganti generasi. Tentunya, kata dia, lebih cerdas dalam mengenal politik.

"Kesempatan ini harus diambil oleh PDA. Terutama oleh para kader di setiap tingkatan, baik DPP, DPW mau pun DPK," kata Abi Muhib.