Dinkes Aceh akan Gelar Imunisasi Massal pada Akhir November Ini 

Ilustrasi imunisasi Polio. Foto: net/laman web Kemenkes.
Ilustrasi imunisasi Polio. Foto: net/laman web Kemenkes.

Pemerintah Aceh melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh bakal menggelar imunisasi massal polio bagi anak dibawah 12 tahun. Hal ini merupakan upaya yang dilakukan pemerintah untuk mencegah virus polio.


" Mulai tanggal 28 ini, selama seminggu kita lakukan di Kabupaten Pidie kemudian tanggal 5 Desember kita lakukan diseluruh kabupaten/kota serentak," kata Kadinkes Aceh, Hanif, kepada Kantor Berita RMOLAceh, Rabu, 23 November 2022.

Hanif mengatakan, untuk Kejadian Luar Biasa (KLB) pihaknya tidak akan melihat status imunisasinya, tetapi semua akan dilakukan imunisasi. Pada tahap awal, pihaknya akan memberikan vaksin Polio tetes sehingga sangat mudah dan aman.

"Ini lagi kita susun penanganannya. Mudah-mudahan setelah dapat persetujuan dari WHO (World Health Organization) itu langsung kita laksanakan," jelasnya.

Menurut Hanif, imunisasi yang nantinya akan digelar itu bersifat wajib atau semua anak-anak dibawah 12 tahun akan diberikan imunisasi. Sebab, pemberian vaksin imunisasi kali ini tidak melihat status.

"Ini bersifat wajib untuk siapapun karena target kita 95 persen yang diimunisasi," ujar Hanif.

Dinkes Aceh kata Hanif, terus berupaya agar imunisasi Polio ini tidak ada penolakan dari masyarakat. Untuk itulah, pihaknya bakal berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota agar meminta masyarakat setempat mau membawa anak-anaknya untuk imunisasi.

"Nanti Bupati/Wali Kota mewajibkan kepada seluruh masyarakat terutama anak-anak dibawah 12 untuk mendapatkan vaksin polio," ungkapnya.

Hanif menyampaikan, bahwa pemilihan vaksin tetes polio sesuai prosedur yang disampaikan oleh WHO dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia.

"Saat ini kesimpulan yang disampaikan oleh WHO dan Kemenkes, Aceh menggunakan polio tetes karena lebih efektif dan lebih mudah," ujarnya.

Hanif mengatakan, kasus polio yang ditemukan di Kabupaten Pidie tidak ada riwayat imunisasi. Sementara dua saudara kandungnya pernah mendapatkan atau memiliki riwayat imunisasi tersebut.

Menurut Hanif, dari seluruh wilayah Indonesia, kasusnya baru ini terjadi di Pidie. Sementara kasus terakhir itu ditemukan di Aceh Tenggara pada 2006. "Di Aceh 2006 terakhir di Aceh Tenggara ada satu kasus dan ini baru kita temukan lagi setelah 2006. Tapi Tipe II baru ini, kalau yang kemarin itu Tipe I," jelasnya.

Hanif menyebutkan, pihaknya melakukan upaya-upaya untuk penanganan sesuai dengan aturan yang sudah dibuat oleh Kemenkes dan Unicef juga WHO dan itu merupakan prosedur penanganan KLB.

"Langkah-langkah yang dilakukan memeriksa spesies anak tersebut, memeriksa kondisi lingkungan, memeriksa fasilitas yang ada di rumahnya, status imunisasinya kemudian wawancara," kata Hanif.