Ditanya Soal Harga Beli TBS, Manajer PKS Nagan Raya Bungkam

Pengepul TBS di Pantai Barat-Selatan. Foto: Irfan Habibi.
Pengepul TBS di Pantai Barat-Selatan. Foto: Irfan Habibi.

Surianto segera memutuskan pembicaraan dengan Kantor Berita RMOLAceh saat ditanyakan tentang alasan pabrik kelapa sawit tidak membeli tandan buah segar sawit milik warga di Nagan Raya. Surianto adalah general manager PKS Raja Marga Nagan Raya.


"Ada ketetapan harga dari pemerintah. Ada dilihat juga dan share juga draft harga itu," kata Surianto saat ditanyakan mengenai ketentuan harga pembelian TBS, Rabu lalu. Namun hingga tadi pagi, nomor telepon Surianto tidak bisa dihubungi Kembali.

Sebelumnya, Surianto mengatakan mengatakan harga tandan buah segar yang dibeli oleh pabrik kelapa sawit berkisar Rp 1.680 per kilogram. Harga ini, kata dia, tidak berubah sejak dua pekan terakhir. 

Surianto mengakui bahwa ada ketetapan harga dari Pemerintah Aceh melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh. Namun, saat ditanyakan kenapa tidak membeli harga sesuai yang ditetapkan pemerintah, Surianto memutuskan sambungan seluler dengan alasan tengah dalam perjalanan menuju Sibolga, Sumatera Utara.

Pemerintah Aceh menetapkan harga TBS untuk wilayah barat bervariasi, sesuai dengan umur tanaman. TBS dengan umur tanaman tiga tahun harganya Rp 1.480, umur tanaman empat tahun harganya Rp 1.747, umur tanaman lima tahun Rp 1.871, umur tanaman enam tahun harganya Rp 1.971, umur tanaman tujuh tahun Rp 2.044, umur tanaman delapan tahun harganya Rp 2.074 dan umur tanaman sembilan tahun harganya Rp 2.095.

TBS dengan umur tanaman 10-20 tahun ditetapkan harganya Rp 2.151, harga tanaman 21 tahun harganya Rp 2.105, umur tanaman 22 tahun harganya Rp 2.075, umur tanaman 23 tahun harganya Rp 2.064, umur tanaman 24 tahun harganya Rp 2.040 dan umur tanaman 25 tahun harganya Rp 2.008.

Namun harga ini tidak berlaku di Nagan Raya. Sejumlah petani dan pengepul mengeluh karena PKS tidak membeli sawit mereka sesuai dengan harga yang ditetapkan oleh Pemerintah Aceh. 

Bahkan mereka menduga seluruh PKS di Nagan Raya bersekongkol untuk membeli sawit dengan harga lebih rendah. Dampak dari hal ini, beberapa petani memutuskan untuk menjual ke Subulussalam karena harga TBS di sana lebih baik.