DPR Aceh Dukung dan Apresiasi Dinkes Aceh Dalam Pencegahan DBD

Ketua Komisi V DPR Aceh, M. Rizal Fahlevi Kirani. Foto: ist.
Ketua Komisi V DPR Aceh, M. Rizal Fahlevi Kirani. Foto: ist.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Aceh mendukung dan mengapresiasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh dalam melakukan penanganan dan sosialisasi pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Sebab tahun lalu, penyakit ini jumlahnya meningkat.


"Kita suport dan kita tetap mengapresiasi kerja-kerja Dinas Kesehatan yang tepat dalam hal mengedukasi masyarakat dalam hal bahaya DBD, malaria," kata Ketua Komisi V DPR Aceh, M. Rizal Fahlevi Kirani kepada Kantor Berita RMOLAceh, Jumat, 31 Maret 2023.

Di sisi lain, Fahlevi juga mendorong dan mendukung Dinkes Aceh untuk melakukan pelayanan secara maksimal kepada masyarakat. Supaya masyarakat menjalani hidup sehat. 

"Kita mendorong teman-teman Dinkes melayani masyarakat mengedukasi masyarakat biar hidup sehat, bersih dan higienis," sebutnya. 

Sebelumnya diberitakan, Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh mencatat kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terjadi peningkatan di Aceh sebanyak tiga kali lipat pada tahun lalu. Hal tersebut disebabkan oleh iklim cuaca yang tidak menentu pada tahun tersebut. 

"Terjadi peningkatan di tahun 2022, untuk saat ini data di tahun tersebut (2022) yang baru terkumpul," kata Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes) Aceh, Iman Murahman, kepada Kantor Berita RMOLAceh, Selasa, 28 Maret 2023. 

Iman merincikan dari tahun 2019 hingga tahun 2021, kasus DBD di Aceh terjadi berkisar diantara 400 hingga 600 kasus pertahunnya, sedangkan pada tahun 2022 kasus DBD meningkat tajam berjumlah 2000 lebih kasus. Sedangkan khusus tahun ini, Dinkes Aceh masih merekap data terkait kasus DBD tersebut.

Menurut Iman, diperlukan kesadaran bersama dalam mencegah terjadinya DBD. Sebab kasus ini paling banyak menyerang anak-anak. Ia mencontohkan ada beberapa anak di Bireuen dan Aceh Selatan yang meninggal dunia akibat DBD pada tahun 2022 di daerah tersebut.

"Ada anak-anak yang meninggal dunia karena DBD. Harusnya ini dapat menimbulkan kesadaran kepada masyarakat," ujar Iman. 

DBD pada anak tidak akan memberikan keluhan yang sangat luar biasa seperti yang dirasakan oleh orang dewasa. Sehingga terjadi keterlambatan dalam penangganan yang dapat menyebabkan kematian pada anak. 

"Kalau orang dewasa sakit, sudah parah dia bisa ngomong untuk ke Rumah Sakit, tapi kalau anak tidak mau menyampaikan secara terang," ujar Iman.

Selain itu menurut Iman, penyebab kematian juga disebabkan karena orang tua tidak terlalu peka, terkait apakah ini yang dialami anaknya adalah gejala DBD, sehingga sang anak tidak dibawa ke Rumah Sakit atau Puskesmas.

"Pada saat sudah berat, akan sangat susah dan bisa terjadi kematian," ujar Iman. 

Iman mengimbau agar keluarga lebih peka dan teliti terhadap bahaya jentik nyamuk penyebab DBD. Masyarakat diharap bisa memperhatikan keberadaan jentik nyamuk di rumah masing-masing, terutama di tempat penampungan air minum atau di tempat tempat genangan air.

"Kita jangan tidak sadar, jika kita tidak membersihkan di rumah sendiri maka bisa juga kena orang lain di rumah kita," ujarnya.