Dunia Pantau Penerapan MoU Helsinki di Aceh

Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud Al-Haytar di dampingi Kapolda Aceh, Ahmad Al-Haydar saat bertemu CMI. Foto: ist.
Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud Al-Haytar di dampingi Kapolda Aceh, Ahmad Al-Haydar saat bertemu CMI. Foto: ist.

Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud Al-Haytar, menyebutkan dunia pantau penerapan Momorandum of Understanding (MoU) Helsinki di tanah Serambi Mekkah. Bahkan, perdamaian Aceh jadi contoh bagi negara yang sedang dilanda konflik.


"Perdamaian Aceh ini terus mendapat pantauan dunia," kata Malik Mahmud, saat menerima kunjungan Crisis Management Initiative (CMI), di Meuligoe Wali Nanggroe, Senin, 19 September 2022.

Menurut Malik, kunjungan CMI sangat positif bagi Aceh. Sehingga ada catatan bagi CMI. Karena saat ini, kata dia, CMI juga sedang berupaya menengahi konflik yang terjadi di berbagai negara.

"Salah satunya di Myanmar," kata dia.

Malik mengaku sudah melaporkan beberapa hal yang tak diterapkan dalam perjanjian MoU Helsinki. Sebab CMI ingin tau perkembangan perdamaian di Aceh.

"Setiap tahun mereka selalu bertanya tentang perkembangan perdamaian Aceh," sebutnya.

Oleh karena itu, Malik Mahmud kembali mengajak seluruh pihak untuk terus menjaga dan merawat perdamaian Aceh. Sehingga tak ada lagi kejadian atau peristiwa yang tak diinginkan.

"Walaupun kadang-kadang ada juga pihak-pihak tertentu yang ingin mengganggu, tetapi sampai hari ini kita dapat menghadapinya," ujar Malik Mahmud.

Sementara itu, perwakilan Crisis Management Initiative (CMI), General Jaako menilai, ada beberapa hal di dalam MoU Helsinki belum terpenuhi. Karena perdamaian ialah proses yang sangat panjang.   

"Sedikit demi sedikit, langkah demi langkah dan akan timbul banyak hal positif adalah hal yang baik," sebut General Jaako.