Dunia Terlalu Fokus ke Covid-19, Ribuan Pasien AIDS dan TB Terancam Jiwanya

Ilustrasi. Foto: net
Ilustrasi. Foto: net

Direktur Global Fund, Peter Sands, menilai pergeseran dalam sumber daya perawatan kesehatan yang fokus melawan pandemi Covid-19 telah mengancam nyawa penderita tuberkulosis dan AIDS. Banyak orang di negara-negara miskin abai mengobati penyakit tersebut.


"Penyakit itu memungkin akan menimbulkan ribuan kematian," kata Peter seperti diberitakan Kantor Berita Politik RMOL, Kamis, 9 September 2021.

Sands menyebutkan di beberapa negara wilayah Sahel Afrika, fokus pada Covid-19. Padahal korban TB dan AIDS lebih banyak dibandingkan dengan kasus Pandemi Covid-19.

Menurut Peter, lockdown telah mengganggu beberapa layanan. Sementara sumber daya perawatan kesehatan di tempat-tempat seperti India dan Afrika dialihkan ke respons Covid-19.

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan pandemi Covid-19 dapat mengakibatkan kemunduran serius bagi perjuangan global melawan tuberculosis.

Pada dasarnya, sekitar satu juta orang lebih sedikit yang dirawat karena TB pada tahun 2020 dibandingkan pada tahun 2019. "Saya khawatir itu pasti akan berarti bahwa ratusan ribu orang akan meninggal,” kata Peter.

Kematian akibat TB, AIDS, dan malaria mengalami penurunan lebih dari 100 negara tempat Global Fund berinvestasi. Kelompok, yang didukung oleh pemerintah dan mitra sektor swasta ini menyediakan lebih dari 4 miliar dolar AS per tahun untuk memerangi penyakit tersebut.

Tetapi upaya itu telah dirusak dengan dengan diprioritaskannya penanganan Covid-19  sejak tahun lalu.

“Jumlah orang yang diobati untuk TB yang resistan terhadap obat di negara-negara di mana dana tersebut diinvestasikan turun 19 persen pada tahun 2020, sementara yang dijangkau oleh layanan pencegahan AIDS turun 11 persen. Pada saat yang sama, ada penurunan 16 persen pada pasien TB HIV-positif yang menjalani pengobatan. Tes HIV turun 22 persen. Kemajuan melawan malaria ‘berhenti’,” katanya.

Menurut Peter, meningkatnya jumlah kasus TB dan AIDS yang tidak diobati atau tidak terdiagnosis berpotensi menjadi bola salju.  WHO menyebutkan satu orang menderita TB. Misalnya, dapat menularkan penyakit ke 10-15 orang lain setiap tahun. Ada 10 juta kasus TB baru dan 1,4 juta kematian pada 2019.

Pada Maret 2021, WHO memperkirakan ada sekitar 500.000 lebih banyak orang mungkin meninggal karena TB tahun lalu akibat penurunan pengobatan menghambat perjuangan melawan penyakit lebih dari satu dekade.

Pukulan dahsyat terhadap program TB dan AIDS hanya salah satu dari banyak efek samping mematikan dari respons pandemi Covid-19. Mulai dari lonjakan kematian terkait alkohol di Inggris hingga meningkatnya bunuh diri anak selama penguncian Covid-19. 

Kematian akibat penyakit jantung juga meningkat karena lebih banyak kasus penyakit kardiovaskular yang tidak terdiagnosis.