Efendi Hasan Sebut Pemimpin Bersih Hanya Muncul lewat Pemilu Bersih

Efendi Hasan bersama peserta FGD Gampong Demokrasi di Aceh Singkil. Foto: Dokumentasi pribadi.
Efendi Hasan bersama peserta FGD Gampong Demokrasi di Aceh Singkil. Foto: Dokumentasi pribadi.

Pengamat politik Universitas Syiah Kuala, Efendi Hasan, mengatakan pemilihan umum secara langsung seharusnya menjadi kesempatan kepada masyarakat untuk memilih wakil mereka di jabatan publik. Para wakil itu akan membuat dan menjalankan kebijakan untuk mencapai kesejahteraan bersama. 


“Kuncinya Pemilu yang dilaksanakan harus bersih. Sehingga dari proses yang bersih itu lahir pemimpin yang bersih pula,” kata Efendi seperti ditulis Suhardin Djalal, alumni sekolah kader pengawas partisipatif Bawaslu RI, Kamis, 17 Juni 2021.

Hal ini disampaikan Efendi saat memberikan materi pada Focus Group Discussion (FGD) di Sekretariat Panwaslih Kabupaten Aceh Singkil, kemarin. FGD ini dilaksanakan oleh LPPM USK.

Dalam kesempatan itu, kata Suhardin, Efendi juga meminta seluruh pihak untuk terus berupaya mencegah praktik politik uang meskipun hal itu tidak mudah dan butuh waktu panjang. 

Efendi merekomendasikan Gampong Demokrasi sebagai salah satu wadah mencegah praktik politik uang. Senada Efendi, Deva Susanti, komisioner Panwaslih  Aceh Singkil, mengatakan lewat Gampong Demokrasi, masyarakat mendapatkan edukasi untuk mewujudkan pemilu yang bersih.

Deva juga mengajak mahasiswa dan pemuda, khususnya alumni SKPP Bawaslu, untuk selalu menjadi garda dalam pengawasan pemilu. Mereka diharapkan mampu mengumpulkan dan melaporkan bukti pelanggaran untuk ditindaklanjuti. 

“Sebab Panwaslih sering mengalami kendala pada pembuktian pelanggaran,” kata Deva.

Sebagai salah satu alumni, Suhardin mengatakan FGD ini sangat bermanfaat bagi kalangan pemilih dalam pemilu. Meski Aceh belum memasuki tahapan pemilihan umum, informasi untuk terus melawan praktik politik uang harus dilakukan sejak dini. 

“Money politic masih masif terjadi setiap pemilu. Tentu hal itu sangat mencederai demokrasi,” kata Suhardin.

Menurut Suhardin, khususnya Aceh Singkil, praktik culas ini sangat beragam. Ada pemilih yang menerima uang langsung dari tim sukes calon tertentu. Adapula masyarakat yang diundang ke rumah calon untuk diberi uang. 

Penerima juga memiliki beragam alasan untuk menerima uang itu. Mulai dari himpitan ekonomi, dan kebiasaan atau tradisi. Bahkan ada pemilih yang menganggap pemilu adalah saat mereka mengambil uang dari para kandidat yang berlaga. 

Namun Suhardin optimistis praktik ini akan bisa diatasi. Gampong Demokrasi adalah salah satu cara untuk menekan praktik ini.

Penulis: Adi Kurniawan