Sejatinya Ekspor Tambang dan Sawit Mendongkrak Cadangan Devisa

Ilustrasi. Foto: Net.
Ilustrasi. Foto: Net.

PENGUSAHA bergairah karena mendapat keuntungan lebih karena dapat memperoleh BBM dengan harga sepertiga harga keekonomian

Ekonomi Indoensia secara umum pada kuartal II bertumbuh 5,44 persen. Sumber pertumbuhan jika dilihat dari sisi produksi ditopang sektor pertambangan terutama batubara, nikel, dan bahan tambang lainnya.

Selain itu juga dari sektor perkebunan terutama sawit. Sementara yang lainnya hingga saat ini kondisinya belum membaik. Sehingga dari pendekatan output produksi semua sumber pertumbuhan akan berasal dari tambang dan sawit.

Sementra sumber pertumbuhan dari pendekatan pengeluaran berasal dari  pertumbuhan sektor pergudangan, transportasi dan mobilisasi sumber daya alam hingga ekspor komoditas tersebut. Sedangkan dari sisi pengeluaran pemerintah, konsumsi dan investasi masih melemah.

Salah satu ciri mengapa ekonomi tumbuh ini adalah fakta bahwa di dalam negeri  terdapat peningkatan signifikan dalam konsumsi energi yakni BBM pertalite dan solar. Peningkatan ini akibat tingginya penggunaan pertalite dan solar untuk memobilisasi logistik sawit dan Batubara.

Perkiraan konsumsi solar dan pertalite tahun ini bisa meningkat antara 20-25 persen. Berarti angkutan logistik dan komoditas akan meningkat cukup besar karena digunakan untuk keperluan mobilisasi sumber daya alam ke pasar ekspor.

Dimana penopang utama pertumbuhan ekonomi ini jelas karena konsumsi BBM bersubsidi. Hal ini menjadi tambahan keuntungan bagi sektor pengangkutan dan ekspor sawit dan batubara. Mereka mendapat keuntungan berganda yakni memperoleh BBM 1/3 dari harga keekonomian.

Artinya subsidi solar dan pertalite inilah yang menggairahkan sektor transportasi, pergudangan hingga ekspor sawit dan batubara serta bahan tambang lainnya yang saat ini di pasar internasional harga sedang tinggi.

Kesempatan ini kemudian dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mengeruk sebanyak - banyaknya sumber daya alam untuk merespon harga komoditas yang naik. Ini adalah rejeki besar pemerintah yang akan menyelenggarakan G20 nanti dengan agenda utama transisi energi, digitalisasi dan penuntasan covid 19.

Hanya saja presiden Jokowi perlu meminta kepada pengusaha agar uang hasil ekspor dibawa masuk ke Indonesia, jangan seperti sekarang semua uangnya disimpan diluar negeri.

Berdasarkan data bank Indonesia posisi cadangan devisa Indonesia semakin anjlok. Cadangan Devisa juni 2022 sebesar USD      136,379 miliar, pada Juli 2022 mengalami penurunan menjadi USD 132,173 miliar. Jika dibandingkan tahun lalu, maka posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2021 tetap tinggi yaitu sebesar USD 144,9 miliar yang jika dibandingkan dengan posisi pada akhir November 2021 sebesar USD 145,9 miliar mengalami penurunan.

| Penulis adalah peneliti Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia.