Empat Langkah yang Harus Dilakukan untuk Penanganan PMK pada Hewan Ternak

Kepala BNPB Pusat, Suharyanto. Foto: Razi/RMOL Aceh.
Kepala BNPB Pusat, Suharyanto. Foto: Razi/RMOL Aceh.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto, menyebutkan ada empat hal yang wajib dilakukan untuk strategi penanganan penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak di Aceh. Hal itu disampaikan Suharyanto saat rapar koordinasi penanganan PMK di Kantor Gubernur Aceh, Banda Aceh, Rabu, 3 Agustus 2022.


Pertama adalah biosecurity,  adalah disinfeksi untuk hewan dan produknya, orang, barang, dan kendaraan setiap keluar masuk kendang dan perlintasan serta KIE biosecurity kepada masyarakat.

Lalu yang kedua adalah melaksanakan pengobatan bagi hewan ternak yang sakit. Memberikan pengobatan kepada hewan sakit yang dapat disembuhkan dan vitamin bagi hewan sehat untuk meningkatkan imunitas.

Kemudian yang ketiga vaksinasi pada hewan ternak. Melaksanakan pemotongan ternak yang terkonfirmasi PMK, terutama hewan ternak yang tidak bisa disembuhkan agar wilayah kembali ke zona hijau.

Dan yang keempat melaksanakan vaksinasi terhadap ternak yang sehat dengan prioritas ternak yang berada di zona merah.

“Yang dipotong untuk menurunkan kasus itu peternak, khususnya peternak kecil ini mendapat bantuan dari pemerintah. Supaya ketika hewan ternaknya hilang mereka tidak sama sekali kehilangan mata pencaharian,” ujar Suharyanto.

Menurutnya, Aceh merupakan salah satu provinsi yang kasus PMK-nya cukup tinggi. Sementara pulau Jawa kasus yang juga tinggi yakni di Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, Jawa Barat, kemudian Aceh diluar Jawa termasuk cukup tinggi.

“Satgas provinsi sudah terbentuk dipimpin oleh Bapak Sekda Provinsi Aceh dengan wakilnya Bapak Wakapolda Aceh dan Bapak Kasdam IM. Didalam Satgas itu sudah ada unsur-unsur baik dari Kepala Dinas Peternakan, Dinas Perhubungan, Dinas Kesehatan, dan sebagainya,” katanya.

Dia menyebutkan, angka kasus PMK di Provinsi Aceh relatif ada peningkatan. Tetapi ini juga setelah dikomunikasikan memang dalam pendataan yang dilaporkan, Aceh belum mengurangi jumlah hewan ternak yang kesembuhan yang mati dan potong bersyarat.

“Sehingga kesannya adalah meningkat. Tetapi nanti apabila nanti sudah dikurangi perhari dengan yang sembuh dengan yang dipotong dan dengan yang mati mungkin juga tidak setinggi itu,” ungkapnya.

Suharyanto mengatakan, kebutuhan vaksin untuk Aceh sampai saat ini yang didistribusikan masih tersisa beberapa ribu stok. Sehingga pihaknya menekankan untuk terus disuntikkan untuk penanganan PMK.

Dia menyampaikan, bahwa vaksin untuk hewan ternak ini diberikan secara gratis. Obatnya akan diberikan oleh Kementerian Pertanian, sehingga peternak tak perlu khawatir keluar uang.

Disamping obat-obat medis, kata dia, peternak juga punya obat-obat tradisional kearifan lokal. Ada jamu, ada kunyit itu bisa digunakan juga. “Saya rasa itu juga salah satu alternatif supaya hewan ternak yang sakit itu bisa segera sembuh,” ujarnya.