Fadilah Puasa VI

Ilustrasi: RMOLAceh.
Ilustrasi: RMOLAceh.

FADILAH puasa pada hari ke enam adalah Allah memberikan Surga Darussalam. Di dalamnya terdapat seratus ribu kota, di setiap kota ada seratus perkampungan, di setiap perkampungan ada seratus ribu rumah, di setiap rumah seratus ribu tempat tidur dari emas yang panjang.

Setiap tempat tidur panjangnya mencapai seribu hasta. Di atas tempat tidur itu terdapat bidadari sebagai pasangan yang berhias dengan tiga puluh ribu perhiasan dari permata putih dan permata merah. Setiap bidadari membawa seratus pelayan.

Tentang Surga Darussalam, Allah berfirman dalam Alquran Surat Yunus, ayat 25, “Allah menyeru manusia ke Darusalam (surga) dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”

Surga Darussalam diciptakan oleh Allah SWT dari yakut merah. Kandidat penghuninya, sesuai yang diterangkan pada QS. Al-An’am: 127, yang artinya, “Bagi mereka (disediakan) tempat yang damai (surga) di sisi Tuhannya. Dan Dialah pelindung mereka karena amal kebajikan yang mereka kerjakan.”

Maksud dari ayat tersebut adalah bagi mereka ada beberapa penghargaan yang agung dari Allah. Pertama, disediakan tempat yang damai. Yaitu surga yang tidak ada kesulitan apa pun di dalamnya. 

Kedua, mereka berada di suatu tempat yang sangat terhormat yaitu di sisi Tuhannya yang membimbing mereka. Dan, ketiga, Dialah pelindung mereka yang selalu mengasihi dan menyertai.

Allah menyediakan Surga Darussalam kepada orang-orang yang kuat iman dan Islamnya. Serta orang-orang yang memperhatikan ayat-ayat Alquran dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari hanya karena mencari rida Al­lah; orang-orang yang ikhlas.

Semoga kita semua di berikan sifat ikhlas di hati dalam setiap amal yang kita kerjakan. Rasa ikhlas itu lahir dari setiap perbuatan dan kita meyakini setiap hal yang datang kepada kita semua berasal datang dari Allah. 

Seandainya Allah tidak sayang pada hamba, maka hamba tidak akan mendapatkan apa-apa. Saat kita sakit, lalu sembuh, maka yakinlah bahwa kesembuhan itu datang dari Allah, bukan dokter atau obat yang menyembuhkan.

| Penulis adalah Pimpinan Pesantren Mishrul Huda Malikussaleh, Banda Aceh.