Gaji Pekerja Asal Cina di Indonesia Jauh di Atas Pekerja Lokal

Marwan Batubara. Foto: net.
Marwan Batubara. Foto: net.

Gaji pekerja asal Cina di Indonesia menjadi sorotan. Rata-rata mereka menerima gaji jauh di atas rata-rata gaji pekerja kasar di Indonesia.


“Kehadiran tenaga kerja asing (TKA) China di tanah air tidak menimbulkan rasa ketidakadilan dari segi keterampilan, tapi juga dari pendapatan,” kata Marwan Batubara, aktivis Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia, saat bertandang ke kantor Komisi IX DPR RI, Kamis, 27 Mei 2021.

Marwan, yang datang bersama Adhie Massardi, Said Didu, MS Kaban, Gde Siriana, Radhar Tribaskoro, dan Sadun, mengatakan gaji yang diterima para pekerja asal Cina itu berbeda jauh dengan yang diterima pekerja Indonesia. 

Hal ini, kata Marwan, sangat mengusik rasa keadilan sekaligus menghina rakyat Indonesia. Dia mengambil contohkan gaji pekerja di smelter Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI), 27 persen pekerja asal Cina di smelter itu menerima Rp 15 juta hingga Rp 20 juta. 

47 persen lainnya menerima Rp 21 juta hingga Rp 25 juta. 16 persen menerima Rp 26 juta hingga Rp 30 juta. 5 persen menerima Rp 31 juta hingga Rp 35 juta, dan 4 persen menerima 36 juta hingga Rp 40 juta. 

“Hal hampir sama terjadi pada smelter OSS. Padahal mayoritas TKA itu lulusan SD, SMP dan SMA,” kata Marwan. 

Untuk jenis pekerjaan yang sama, kata Marwan, gaji pekerja pribumi lulusan SD hingga SMA hanya berkisar antara Rp 4 juta hingga Rp 5 juta, termasuk uang lembur. Marwan mengatakan nasib pekerja lokal dan nasional di smelter-smelter milik Cina dan konglomerat oligarkis memang tragis. 

“Sudahlah kesempatan kerjanya dibatasi atau dirampok TKA China, gajinya pun umumnya super rendah dibanding gaji TKA Cina. Kita terjajah di negeri sendiri,” kata Marwan.