Harga Merosot, Petani di Subulussalam Bakar Sawit

Petani di Subulussalam membakar sawit. Foto: Ist.
Petani di Subulussalam membakar sawit. Foto: Ist.

Petani sawit di Subulussalam, Aceh, membakar sawit yang sudah dipanen. Pembakaran itu dilakukan sebagai bentuk protes akibat harga yang terus merosot.


"Kami petani sawit dari Aceh sampai Papua membakar sawit kami sebagai bentuk protes karena pembelian sawit yg murah oleh pabrik kelapa sawit," kata Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Subulussalam, Netap Ginting, kepada Kantor Berita RMOL Aceh, Rabu, 15 Juni 2022.

Menurut Netap, perusahaan kelapa sawit membeli Tanda Buah Segar (TBS) tidak sesuai dengan Permentan Nomor 1 tahun 2018 dan keputusan bersama tim penetapan harga oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh. 

"Maka lebih baik kami bakar untuk dijadikan kompos," ujar Netap.

Netap menyebutkan, harga pupuk saat sangat mahal. Harga pupuk herbisida, kata dia, naik 300 persen. Bertolak belakang dengan harga sawit turun 60 persen.

"Padahal larangan ekspor sudah dibuka oleh Presiden Jokowi. Kenapa harga sawit masih murah? Persoalannya kan minyak goreng," kata dia.

Menurut Netap, persoalan minyak goreng bisa dituntaskan dengan mensubsidi minyak goreng melalui dana BPDPKS. Penyalurannya melalui Bulog dengan melibatkan TNI , Polri.

"Kami mohon kepada Presiden Jokowi hapus saja peraturan yang tidak perlu, apalagi yang membebani petani sawit," kata dia. "Seperti DMO dan DPO, Resupel Menteri Perdagangan. Karna tidak becus ngurus minyak goreng. Kepada PKS mari patuhi ketetapan harga TBS pemerintah."