Hasil Pertemuan Jokowi dan Potus

Presiden Joko Widodo dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden. Foto: net.
Presiden Joko Widodo dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden. Foto: net.

ADA berita Presiden Joko Widodo membawa Rp 10,2 triliun dari pertemuan di Amerika Serikat. Tapi itu tidak ada realitasnya. Belum ada uang di tangan. Sama seperti uang Rp 11.000 triliun di kantong kiri yang masih gaib. Barang gaib itu tidak perlu dibahas, percuma. Tidak ada bentuknya.  

Uang Rp 10,2 triliun itu hibah ataukah pinjaman? Untuk mendapatkan Rp 10,2 triliun pada zaman Presiden Suharto, cukup panggil Bos Djarum, Gudang Garam, Salim, Sinar Mas di Tapos. Bahkan Rp 30 triliun atau Rp 50 triliun masih bisa didapat. 

Atau soal foto-foto Jokowi dengan Presiden Joe Biden, entah nyata atau tidak, nyata atau editan, tidak terlalu penting dan agak susah dibedakan. Yang bangga menyebarkan foto-foto tentunya bucin rezim. Yang jelas mereka merasa bangga pujaan hati begitu akrab dengan orang nomor satu di AS. 

Juga pertemuan dengan Elon Musk, CEO pemilik Tesla, Space X, yang barusan membeli Twitter. Banyak yang memelototi sepak terjang pendekatan pejabat Indonesia dengan sang super kaya Elon Musk. EM berpakaian kasual dan biasa saja. Ada kesan, bila EM hanya bertemu dengan orang biasa saja. Padahal beliau "PM" dan presiden. Sebagian besar pesimis jika EM bersedia investasi.

Tapi secara citra dianggap sudah dapat mendongkrak popularitas; ini loh presidenku keren, tidak katruk seperti yang selama ini dienyek-enyek orang. Orang yang kalian sebut songong, ternyata strategic ulung, bisa akrab dengan Joe Biden, bisa ngobrol dengan Elon Musk, Kadrun kejang-kejang. Sampai menganggap baru 7,5 tahun belakang ini, di bawah kepemimpinan Pak Jokowi, Indonesia berprestasi. Presiden yang dulu ngapain aja. 

Dari sisi oposan, memotret kedekatan itu lebih pada bahasa tubuh yang terlihat siapa mendikte siapa. Bawa contekan lagi. Dan banyaknya kejanggalan, banyak editan pada foto-foto tersebut. Foto-foto itu tidak mengubah citra bahwa kita dipermalukan. Elon Musk bahkan sampai detik ini pun belum mengunggah pertemuan dengan presiden di akun pribadinya. Sebaliknya, pihak presiden begitu aktif memposting foto-foto pertemuan. Artinya apa? Presiden tidak penting sama sekali bagi Elon Musk dan kayak dianggap ngemis. Tapi Bani Kendi sudah bangga ke sana-kemari. 

Jadi ingat, semenjak kemunculan Pak Jokowi di kancah politik nasional memang disertai arus besar antiintelektualisme, jadi banyak orang yang kehabisan akal untuk membuktikan kehebatannya meski sering tampak jelas dipaksakan. Mau diupgrade ataupun dipoles seperti apapun sepertinya susah. 

Jadi perdebatan seperti ini sebenarnya tidak perlu, buang-buang waktu. Intinya, kita ini menginginkan punya pemimpin yang cakap dalam banyak hal, termasuk komunikasi, pantas bicara di forum-forum internasional, dihargai dan dihormati seperti sebelum-sebelumnya.

Yang lebih penting lagi, kehadiran di forum-forum dunia ini menghasilkan realitas menguntungkan bagi negara, bagi segenap masyarakat Indonesia, bukan hanya citra dan seolah-olah berhasil bawa investasi ini itu. Yang pamer pake foto lagi ngobrol dengan bule bisa dibilang mental inferioritas akut. 

Padahal yang lebih penting dari sekedar foto-foto adalah manfaat dari hasil obrolan mereka buat masyarakat Indonesia, misal membawa investasi sebesar-besarnya, Research and Development (RnD), transfer teknologi dan kolaborasi dari apa yang akan dikerjakan dan seterusnya. 

Maka alangkah lebih baiknya jika foto-foto yang dibagikan disertai dengan pengumuman rencana untuk membuka fasilitas penelitian bersama untuk mengembangkan sistem transportasi yang berkelanjutan, misalnya. 

| Penulis adalah pengamat sosial politik.