Hasil Survei Bukan Tolak Ukur Kemenangan Parpol dan Calon Kepala Daerah saat Pemilu 

Ilustrasi. Foto: net.
Ilustrasi. Foto: net.

Pengamat Politik dari Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, Effendi Hasan, mengatakan hasil survei terhadap partai politik dan para calon Kepala Daerah bukan menjadi tolak ukur kemenangan pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang.


Menurut Effendi, hasil survei yang dirilis oleh lembaga survei terkait pamor parpol dan elektabilitas calon kepala daerah merupakan hal yang wajar dan sah-sah saja. Hal tersebut dalam menarik dukung jelang pesta demokrasi lima tahunan.

"Itu belum satu menjadi indikator partai atau calon itu benar-benar ketika terjadinya Pemilu akan sesuai dengan hasil survei, belum tentu itu," kata Effendi Hasan kepada Kantor Berita RMOLAceh, Kamis, 15 Desember 2022.

Effendi menilai, hasil survei tersebut bisa jadi hanya tercover masyarakat kelas menengah. Namun masyarakat yang berada di daerah pelosok, belum tentu tersentuh oleh lembaga survei tersebut. Terutama di daerah yang memiliki pemilih terbanyak.

"Apakah elektabilitas partai atau calon itu memang tersentuh sampai ke daerah-daerah pelosok, itukan belum tentu," ujar Effendi.

Dia menjelaskan, survei yang dilakukan baik di Aceh maupun nasional akan berbeda hasilnya dengan lembaga survei lain yang melakukan hal yang sama. Namun sekali lagi, hasil survei itu bukan suatu indikator keterpilihan parpol maupun calon Kepala Daerah di Pemilu nantinya.

"Berbeda hasil survei itu sudah pasti. Antara satu lembaga survei dengan survei yang lain itu akan berbeda-beda. Makanya saya katakan tadi ini dalam konteks untuk meningkatkan elektabilitas," katanya.

Akademisi USK ini mengatakan, masing-masing calon peserta Pemilu 2024, bakal melakukan berbagai strategi dalam rangka untuk menaikkan pamor atau elektabilitas calon maupun partai politik.

Dia menyebutkan, dalam konteks Pemilu tidak bisa dilihat hanya pada satu sektor saja. Akan tetapi harus dilihat secara menyeluruh sampai ke pelosok-pelosok daerah yang memiliki lumbung pemilih terbanyak.

Menurut Effendi Hasan, hasil lembaga survei tersebut tidak bisa menjadi satu barometer bahwa partai politik atau calon kepala daerah itu akan menang dalam kontestasi Pemilu serentak 2024 mendatang.

"Karena secara rillnya, itu masyarakat nanti yang bisa menentukan karena mereka adalah pemilih yang sebenarnya. Tentunya masyarakat dalam memilih suatu calon atau partai pasti akan melihat track record dari calon-calon tersebut," ujar Effendi.