Ini Perbedaan Besar Jenderal Gatot dan Jenderal Moeldoko

Gatot Nurmantyo dan Moeldoko. Foto: PR.
Gatot Nurmantyo dan Moeldoko. Foto: PR.

Tawaran untuk mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat dari kepengurusan yang sah tak hanya disampaikan kepada bekas Panglima TNI Jenderal Purnawirawan Moeldoko. Tawaran yang sama juga pernah disampaikan kepada bekas Panglima TNI Jenderal Purnawirawan Gatot Nurmantyo. 


Namun keduanya berbeda sikap dalam menerima tawaran itu. Alih-alih mengiyakan, Gatot menolak tawaran dari sekelompok orang yang tak dia jelaskan identitasnya itu. Sementara Moeldoko maju dalam kongres luar biasa Partai Demokrat dan terpilih sebagai ketua umum.

“Saya bilang, siapa sih yang tidak mau. Partai (Demokrat) dengan perolehan suara 8 persen, partai besar. Ada juga yang datang sama saya,” ujar Gatot seperti dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL, Ahad, 7 Maret 2021.

Skema yang ditawarkan kepada Gatot persis seperti yang ditawarkan kepada Moeldoko. Nurmantyo mengaku didatangi sejumlah orang yang menawarkan dirinya menjadi ketua umum lewat skema KLB. Gatot menolak tawaran itu karena dia sadar bahwa selama berkarir di dunia militer, dirinya dibesarkan oleh dua presiden, yakni Presiden Joko Widodo dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

“Saya ini bisa naik bintang satu, bintang dua, tarolah itu biasalah. Tapi begitu saya naik bintang tiga, itu presiden pasti tahu, kemudian jabatan Pangkostrad, pasti presiden tahu. Apalagi presidennya tentara, waktu itu, tidak sembarangan,” kata Gatot.

Gatot berkisah, saat dirinya menjadi Pangkostrad, SBY memanggilnya ke Istana. Pemanggilan itu dilakukan karena SBY akan mengangkat Gatot sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Kepada SBY, Gatot mengucapkan terima kasih atas kepercayaan itu dan berjanji akan mempertanggungjawabkan amanah itu. 

Lantas, kata Gatot, SBY berkata, “Laksanakan tugasmu dengan profesional. Cintai prajurit dan keluarga segenap hati dan pikiran,” kata Gatot mengutip perkataan SBY.

Atas dasar kesadaran itu, Gatot Nurmantyo memastikan dirinya tidak akan membalas kebaikan dengan air tuba. “Apakah iya, saya dibesarkan oleh dua presiden, yakni (Presiden) SBY dan (Presiden) Jokowi, terus saya membalasnya dengan mencongkel anaknya?” kata Gatot.