Investasi Kandas di Pulau Banyak

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan saat berkunjung ke Aceh Singkil. Foto: ist.
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan saat berkunjung ke Aceh Singkil. Foto: ist.

Wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh Singkil, Amaliun, tak dapat menahan kekecewaannya saat mendengar investasi Uni Emirate Arab di Pulau Banyak batal. Padahal Pulau Banyak sangat potensial untuk dijadikan tempat pariwisata baru di Aceh. 


Potensi itu memang terlihat jelas. Bahkan Direktur Eksekutif Murban Energy, Amine Abid, saat berkunjung ke Pulau Banyak beberapa waktu lalu, mengatakan daerah berpotensi besar untuk berkembang sebagai kawasan pariwisata. Tempatnya indah. Banyak pulau-pulau dengan lautan asri hingga hamparan pasir yang putihnya. 

“Sebenarnya kita cukup menyayangkan itu. Kami sudah yakin lah bahwa investasi itu mengarah ke Aceh Singkil. Tiba-tiba ada pengumuman sepihak,” kata Amaliun kepada Kantor Berita RMOLAceh, Senin, 15 Februari 2021. 

Keputusan pengalihan terbit di saat masyarakat Aceh Singkil mempersiapkan diri. investor menemukan adanya kendala berupa infrastruktur ke Pulau Banyak yang masih sangat kurang terutama akses bandara. Pembatalan ini disampaikan dalam surat duta besar Republik Indonesia di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA) bernomor: 00060/BK/01/2021 tanggal 21 Januari 2021 yang ditujukan kepada Gubernur Aceh Nova Iriansyah.

Namun UEA menilai butuh waktu lama untuk meningkatkan kualitas infrastruktur di Pulau Banyak. Terutama akses bandara dan membutuhkan waktu realisasi selama 5-10 tahun. UEA memutuskan opsi lain,  yaitu pengembangan kawasan wisata di Sabang.

Padahal, kata Amaliun, Aceh Singkil melakukan banyak persiapan dalam menyambut investasi itu. Amaliun mengatakan Pemerintah Aceh harus bertanggung jawab dalam hal tersebut. Dari pihak Pemkab Aceh Singkil, sudah menghubungi berbagai pihak terkait, termasuk mentri kemaritiman, Luhut Binsar Panjaidtan. 

“Kita bingung, terutama bupati. Yang kita sayangkan sikap provinsi yang kurang perhatian,” kata Amaliun. “Kita sesalkan dengan kejadian ini, pemprov harus perhatian ke Aceh Singkil. Apalagi, masyarakat sudah menanti investasi UEA di Pulau Banyak,” kata Amaliun. 

Kepala Dinas Pariwisata Aceh Singkil, Edi Hartono, mengatakan potensi pariwisata di Aceh Singkil sangat berpotensial untuk pariwisata. Namun Edi menegaskan bahwa kekurangan sarana infrastruktur penunjang, seperti bandara, pelabuhan, bukan kendala utama. Apalagi Aceh Singkil memiliki bandara dan pelabuhan meski harus diperbaiki.  

“Jadi kami juga bingung. Kok surat itu menitikberatkan hanya karena infrastruktur penunjang itu,” kata Edi.

Menurut Edi, kekurangan yang ada di bandara dan pelabuhan hanya butuh pengembangan. Sedangkan bandara sudah berada atas kewenangan dan tanggung jawab Kementerian Perhubungan. Oleh karena itu, pemerintah harus kembangkan askes bandara tersebut. 

“Jadi tidak seperti yang surat dinyatakan bahwa untuk berinvestasi di kepulauan banyak butuh waktu 5-10 tahun untuk membenahi infrastruktur. Padahal Aceh Singki sudah ada,” kata Edi. 

Jika dalam hal pengembangan, kata Edi, 100 persen diserahkan kepada Pemkab Aceh Singkil jelas tidak mampu. Menurut Edi, harus ada komitmen antara pemerintah pusat, pemprov dan kabupaten. Ketika ketiga unsur tersebut serius, pasti akan cepat selesai. 

Edi menjelaskan sejak pertama kali rencana awal UEA akan investasi di Aceh, ada dua tim proposal dari Aceh Singkil dan Sabang. Pada tahap finalisasi, proposal Aceh Singkil yang dibawa ke UEA sebagai calon investasi mereka. Walaupun begitu, Edi mengatakan Aceh Singkil akan menyiapkan syarat-syarat yang disampaikan UEA untuk investasi. Seperti, masalah lahan, perizinan, akses, dan lain-lainnya.  

Edi mengatakan Aceh Singkil tidak berharap yang berinvestasi hanya UEA. Tapi, mereka akan menawarkan ke berbagai pihak lain. Karena Aceh Singkil potensial untuk berinvestasi. “UEA jadi pesimis, Aceh Singkil punya potensi, hasil proposal yang kita susun kita akan sampaikan ke pimpinan akan disampaikan ke peminat investasi lain, selain UEA,” kata Edi. “Banyak yang mau melirik Aceh Singkil ini kok.”

Edi mengatakan mereka masih menunggu sikap dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan. Karena, kata Edi, Luhut pernah mengatakan Pulau Banyak menjadi kawasan penyangga super prioritas wisata Danau Toba. 

Edi mengatakan dengan kegagalan yang sudah ada, mereka tidak pesimis. Kini, harus mencoba mempersiapkan bahan-bahan. Belajar dari pengalaman terdahulu. Bahwa dalam menyambut investor luar negeri itu harus menyiapkan berbagai hal. Karena, Aceh Singkil memiliki permasalahan polemik di lokasi.