Investasi UEA Batal, Warga Aceh Singkil Merasa Dianaktirikan

Investor dari UEA saat berkunjung ke Aceh Singkil. Foto: AJNN.
Investor dari UEA saat berkunjung ke Aceh Singkil. Foto: AJNN.

Ketua Himpunan Mahasiswa Aceh Singkil (HIMAPSIL), Boby Rizky Dharmawan, mengatakan banyak masyarakat di Aceh Singkil kecewa dengan pembatalan rencana investasi. Pemerintah Aceh seharusnya bertindak secara terukur agar investasi dari Uni Emirat Arab itu tidak kandas di tengah jalan. 


“Pembatalan itu menjadi luka yang sangat dalam bagi pembangunan dan pertumbuhan infrastruktur di Aceh, khusus ya di Aceh Singkil,” kata Boby kepada Kantor Berita RMOLAceh, Rabu, 16 Februari 2021.

Pada politik pada 2017, kata Boby, Aceh Singkil merupakan daerah penyumbang suara terbanyak untuk pasangan Irwandi-Nova. Seharusnya Aceh Singkil mendapatkan perhatian yang lebih, minimal sama, dengan daerah-deaerah lain di Aceh. 

Alasan UEA yang mundur dari rencana investasi itu akibat minimnya infrastruktur. Menurut Boby, hal ini membuktikan Pemerintah Aceh enggan memperhatikan Aceh Singkil. Padahal, pemerintah kabupaten telah menyusun proposal kepada investor sebesar Rp 5 triliun untuk pengembangan pariwisata di daerah itu, khususnya Pulau Banyak. 

“Hingga saat ini, Aceh Singkil juga masih dalam zona kemiskinan di Aceh,” kata Boby. 

Boby menilai Pemerintah Aceh memandang sebelah mata Aceh Singkil. Bupati, kata dia, harus bersikap terhadap hal itu. Alokasi anggaran di Aceh Singkil sangat rendah. Hal itu yang menjadikan Aceh Singkil sulit untuk membangkitkan insfrastruktur. 

“Bandara yang sudah di siapkan juga sejak lama tidak berfungsi. Karena tidak banyak perhatian tertuju ke Aceh Singkil. Kami seperti dianaktirikan,” kata Boby.  

Boby meminta Pemerintah Kabupaten harus usut kejanggalan dalam rencana investasi yang dibatalkan itu. Termasuk meminta pertanggungjawaban Pemerintah Aceh dan meminta mereka kembali meyakinkan UEA untuk mau hadir di Aceh Singkil.