Iran Berminat Investasi di Aceh: Mulai dari CPO, Karet, hingga Gas Alam

 Presiden Iran, Ebrahim Raisi saat bertemu Ketua Kadin Indonesia, Arsjad Rasyid dan Kadin Aceh, M. Iqbal Piyeung dan beberapa pengusaha di Jakarta. Foto: ist.
Presiden Iran, Ebrahim Raisi saat bertemu Ketua Kadin Indonesia, Arsjad Rasyid dan Kadin Aceh, M. Iqbal Piyeung dan beberapa pengusaha di Jakarta. Foto: ist.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Aceh, Muhammad Iqbal Piyeung, menyebutkan negara Iran bakal berinvestasi di Tanah Serambi Mekkah. Minat tersebut diketahui lewat pertemuan Presiden Iran bersama Kadin se-Indonesia, di Hotel Kempinki Jakarta, Rabu, 24 Mei 2023.


Presiden Iran Ebrahim Raisi, kata Iqbal, dijadwalkan berkunjung ke Aceh pada Juni mendatang. Tujuannya untuk melihat potensi komoditi dan berbagai sektor lainnya.

“Karena Iran negara unggul petrokimia, kita mengajak bersama bangun pabrik di Aceh,” kata Iqbal kepada Kantor Berita RMOLAceh, Rabu 24 Mei 2023. 

Iqbal menyebutkan, Iran ingin komoditi dari Aceh dikirim ke negaranya. Seperti minyak mentah kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO), pupuk, gas alam serta karet untuk kebutuhan indrustri mereka. 

“Mereka minta listing ke Kadin Aceh. Apa saja potensi komoditi Aceh apa yang bisa dikirim ke Iran,” sebut Iqbal.

Salah satu yang menjadi sorotan, kata Iqbal, yaitu pembangunan pabrik CPO. Sebab di Aceh banyak perkebunan sawit dan melimpah CPO, namun pabriknya tidak ada.

“Selama ini Aceh bergantung ke Medan, jadi tidak ada nilai tambah ke kita," kata Iqbal. “Sehingga bisa ekspor langsung dari Aceh. Baik pantai barat selatan, Langsa, atau Malahayati. 

Tidak hanya itu, Iqbal juga mengajak agar Iran mau membangun pabrik pupuk NPK (pupuk majemuk) dan pupuk magnesit di Aceh. Tujuannya untuk perkebunan kelapa sawit, karena pasarnya bagus.

Sementara pembangunan pabrik gas alam dan minyak bumi. Iqbal meminta Iran membangunnya di wilayah Sabang. Mengingat Iran merupakan negara penghasil gas alam dan minyak bumi terbesar.

Iqbal menjelaskan, Aceh juga butuh pabrik Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Untuk lokasi pabrik-pabrik tersebut, saat ini yang menjadi sorotan yaitu di wilayah Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong, Aceh Besar dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun, Lhokseumawe. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan lokasi pabrik akan dibangun di wilayah lain. 

Soal besaran anggaran dalam merealisasikan investasi itu, Iqbal belum mengetahui besaran dana yang diperlukan. Karena pembahasan masih dalam rancangan tahap awal.

Menurut Iqbal, jika kerjasama Iran dan Aceh terealisasi, peredaran uang di Tanah Rencong akan semakin meningkat. Sebab akan membuka jalan dan efek yang baik bagi masyarakat, terutama pelaku usaha.

Kadin, kata Iqbal, akan berkordinasi dengan Pemerintah Aceh dan dinas terkait untuk menindak lanjuti rencana investasi ini. Dia berharap pemerintah dapat mendorong dan mempermudah perizinan investasi tersebut.