Iran Siapkan Drone Canggih Arash-2 untuk Gempur Israel

Arash-2. Foto: net.
Arash-2. Foto: net.

Perselisihan antara Iran dan Israel nampaknya akan semakin panas setelah Iran mengaku sedang mengembangkan 'drone bunu diri'  terbaru. Pesawat tak berawak ini dirancang khusus untuk menyerang kota-kota pesisir terbesar negara itu seandainya terjadi konflik terbuka.


Hal itu terungkap dalam wawancara kepala pasukan darat Iran, Brigadir Jenderal Kioumars Heydari dengan saluran Iran IRIB TV1.

Heydari mengungkapkan bahwa Teheran telah mengembangkan pesawat tak berawak Arash-2, yang merupakan versi terbaru dari kendaraan udara tak berawak bunuh diri jarak jauh (UAV) Arash-1.

"Iran telah mendesain khusus drone ini untuk menargetkan Haifa dan Tel Aviv," kata Heydari, seperti diberitakan sumber Kantor Berita Politik RMOL, Selasa, 13 September 2022.

Dia juga mengatakan bahwa militer negaranya menunggu perintah untuk menyebarkannya suatu hari nanti.

Jenderal melanjutkan untuk menggambarkan fitur Arash-2, mengatakan bahwa kemampuan uniknya memungkinkannya untuk mengambil informasi beberapa kali sebelum menyerang dan menghilangkan target yang ditentukan. Heydari menambahkan bahwa drone itu telah ditambahkan ke inventaris militer dan berjanji untuk menunjukkan potensinya selama latihan militer di masa depan.

Pendahulu drone baru ini, yaitu Arash-1, memiliki kemampuan untuk menempuh jarak lebih dari 1.400 kilometer sebelum mencapai targetnya dan dapat menghindari deteksi radar.

UAV tersebut dikatakan memiliki panjang 4,5 meter dengan lebar sayapnya diperkirakan antara 3,5 dan empat meter. Desain drone juga memungkinkannya menghemat bahan bakar.

Iran dan Israel telah lama berselisih, dengan program nuklir Teheran menjadi salah satu poin utama pertikaian.

Meskipun Iran bersikeras bahwa niatnya damai, Tel Aviv khawatir bahwa Teheran pada akhirnya dapat memperoleh senjata nuklir meskipun ada kesepakatan nuklir yang ditandatangani pada tahun 2015 oleh AS, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, China, Uni Eropa, dan Iran.

Israel juga secara luas diyakini berada di balik serangan rahasia terhadap kemampuan penelitian nuklir Iran dan pembunuhan beberapa ilmuwan Teheran.