Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan, Achmad Baidowi, berharap islah antara Djan Faridz dan Suharso Manoarfa membantu partai berlambang ka’bah itu untuk memenangi Pemilihan Umum 2024. Hal tersebut juga bagian kecil dari rencana kecil dari rencana besarnya yang sudah dijalankan.
- Kepala Biro Keistimewaan dan Kesejahteraan Aceh Sebut Namanya Dicatut PPP
- Setelah Islah, PPP Butuh Kerja Keras untuk Rangkul Umat Islam
Baca Juga
Sebelumnya, Djan Faridz, berada di kubu berbeda dengan Ketua Umum DPP PPP Suharso Monoarfa. Namun dalam dalam Rapat Pimpinan Nasional, Jumat pekan lalu, Djan Farid menyatakan kesediaan untuk membantu Suharso dan PPP.
Achmad mengatakan pernyataan itu adalah bagian akhir dari proses panjang memproses Islah. “Kami berharap dengan bergabungnya Djan Faridz dapat menjadi vitamin baru bagi Partai PPP” ujar Achmad dalam zoomtalk Obrolan Bareng Bang Ruslan dengan tema Islah PPP: Konsolidasi Partai Islam, di RMOL.id, Selasa, 16 Maret 2021.
Achmad mengatakan kalangan internal PPP mungkin baru sadar bahwa saat perbedaan pendapat diperuncing, maka hal ini akan memisahkan bagian-bagian dalam badan partai. Achmad konflik internal yang berlangsung sejak 2019 itu menjadi pengalaman yang sangat lelahkan, menguras energi dan biaya.
Achmad memastikan bahwa islah tak hanya ada di tataran elit saja. Di daerah, kata Achmad, rekonsiliasi ini juga harus terlaksana dalam kepengurusan partai. Achmad mengatakan konflik ini merupakan bagian dari pendewasaan.
Achmad menyampaikan bahwa Islah yang terjadi membuat partai PPP juga membuka harapan untuk mencapai target perolehan suara kembali seperti pada 1999, yakni sekitar 10 persen. Kalau pun target itu meleset, minimal tetap lolos ambang batas parlemen.
“Tidak ada yang menyangka PPP tetap bertahan walaupun sudah kronis. Bisa jadi hal tersebut karena doa para kiai yang membuat partai menjadi barokah,” kata Achmad.
Pengamat politik, M Qoda, menilai bahwa PPP merupakan salah satu partai tertua di Indonesia. Partai ini juga memiliki konfik tertua dalam sejarah partai politik di Indonesia. Dia mengatakan di internal PPP terdapat perbedaan pendapat yang tidak bisa disatukan.
Namun karena sudah penat berkonflik, para petinggi partai memutuskan untuk berislah. Langkah ini, kata Qoda, sangat menentukan keberhasilan PPP di masa depan.
Menurut M. Qoda partai PPP ini juga dipukul bertubi-tubi. Mulai dari konflik internal dan sejumlah kasus hukum. Namun pada pemilu lalu, PPP berhasil mendapatkan suara. Dan ini dinilai Qoda sebagai sebuah keajaiban.
“Meskipun sangat kritis, namun, alhamdulillah, masih selamat. PPP ini survival sekali,” kata Qada.
Melihat konflik yang terjadi hingga bertahun-tahun lamanya dan juga terlibat dengan tokoh-tokoh yang bermacam-macam juga. Qoda berharap islah di PPP tidak bersifat sementara. Apalagi partai ini mempunyai basis massa pendukung. PPP juga memiliki infrastruktur yang kuat, termasuk pengaruh sejumlah kiai.
- Pilkada Aceh, Partai Politik Perlu Usung Calon dari Eksternal
- Negara, Pemilu dan Kapitalisme
- KPU Dalami Laporan Aliran Rp1 Triliun Hasil Kejahatan Lingkungan Masuk ke Parpol