Jalan Panjang Khidmat HMI untuk Peradaban

HMI. Foto: ist.
HMI. Foto: ist.

MEMBINCANG tentang eksistensi HMI di Indonesia tidak dapat diragukan lagi. Sebab, kelahiran HMI dua tahun pasca Indonesia merdeka telah mewarnai sejarah panjang perjalanan bangsa Indonesia.

Sejarah mencatat bahwa kelahiran HMI diprakarsai oleh Ayahanda Lafran Pane di Yogyakarta pada tanggal  5 Februari tahun 1947. Itulah sebabnya setiap tanggal 5 Februari keluarga besar HMI di seluruh Indonesia selalu merayakan Dies Natalis HMI. Dan pada tanggal 5 Februari tahun 2023 HMI memiliki usia 76 tahun. Usia yang tidak lagi muda bukan?

Dalam konteks sejarah, spirit awal tujuan berdirinya HMI telah diungkapkan secara tegas oleh Lafran Pane yaitu “Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat Rakyat Indonesia serta menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai ajaran agama Islam.” Inilah yang dinamakan dengan komitmen keumatan dan kebangsaan.

Sepanjang perjalanan HMI telah melalui pelbagai jalan yang terjal. Bertubi-bertubi tantangan datang menghampiri baik dari dalam maupun dari luar. Mengenai tantangan ini telah disinyalir oleh Agussalim Sitompul dalam bukunya yang berjudul “44 Indikator Kemunduran HMI” seperti: telah memudarnya tradisi intelektual HMI, peringatan Dies Natalis HMI setiap tahun tidak semarak lagi dengan berbagai acara ilmiah, pengabdian masyarakat, kegiatan kesenian, pameran, bazar dan pelbagai permasalahan lain yang tidak selesai.

Sedangkan tantangan yang berasal dari luar yaitu HMI telah melewati fase-fase perjuangan yaitu pra dan pasca kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi. Pada masa Orde Lama Presiden Soekarno pernah dihasut oleh PKI untuk membubarkan HMI.

Karena HMI dinilai kontra revolusi, seperti diungkapkan oleh DN. Aidit “Jikalau anggota CGMI tidak bisa membubarkan HMI, anggota CGMI yang laki-laki lebih baik pakai sarung saja... kalau semua front sudah minta, Presiden akan membubarkan HMI”.

Tiga fase perjuangan di atas perlu disentil agar kader-kader HMI hari ini tetap menghunjamkan ke dalam memori mereka tentang betapa beratnya perjuangan yang dilalui HMI kala itu. Inilah sedikit di antara banyaknya problematika yang pernah menimpa di tubuh HMI. Karena saking pentingnya keberadaan HMI Jenderal Sudirman pernah mengatakan “HMI bukan hanya Himpunan Mahasiswa Islam tetapi HMI juga Harapan Masyarakat Indonesia”.

Jalan panjang khidmat HMI untuk membangun peradaban ini memiliki korelasi dengan teori Koentjaraningrat. Beliau mengatakan bahwa peradaban itu ditandai dengan tiga hal yaitu, politik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa tesisnya Koentjaraningrat tersebut relevan untuk dijadikan pijakan dalam membaca lanskap HMI dalam membangun peradaban Indonesia dan dunia yang berkeadaban.

Saat ini, di tengah dunia yang berubah dan bertambah maju ditandai dengan perkembangan ekonomi, politik dan ilmu pengetahuan serta teknologi tentu tantangan juga semakin kompleks. Sehingga sangat dibutuhkan kemampuan kader-kader HMI dalam menjawab tantangan zaman. Pertanyaannya, kemampuan semacam apa yang harus dimiliki kader-kader HMI? Jawabannya tentu kemampuan intelektual. Intelektual yang dimaksud adalah Sumber Daya Manusia (SDM) HMI yang dibangun atas pondasi nilai-nilai keislaman, keindonesiaan dan moralitas.

Jika kita membaca realitas sosial hari ini, tantangan HMI semakin berat. Tantangan-tantangan itu seperti persoalan ketimpangan demokrasi, HAM, ekonomi, politik, hukum, lingkungan, krisis pangan, radikalisme, gender, teknologi, globalisasi dan sebagainya. Persoalan ini tidak hanya menjadi tantangan tetapi juga berpotensi menjadi ancaman nyata jika tidak dikelola secara bijaksana dan diuraikan akar permasalahannya.

Oleh karena itu, untuk  bisa menjawab tantangan-tantangan di atas HMI sudah harus mengimplementasikan tujuannya dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk mewujudkan tujuan HMI maka harus disokong oleh SDM yang mumpuni. Mustahil sebuah peradaban akan terbentuk dan berdiri kukuh jika tidak ada SDM yang memadai. Dengan kata lain penguatan SDM menjadi kunci untuk membangun peradaban Indonesia dan dunia hari ini, esok dan yang akan datang.  

Jika fokus HMI sudah diarahkan ke arah peningkatan intelektual maka penulis optimis mengatakan HMI akan menjadi pionir dan lokomotif dalam mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Swt. Semoga!

 

| Penulis merupakan Kabid Pembinaan Anggota PB HMI Periode 2021-2023.