Posisi Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta paling cocok diisi Bahtiar, sosok yang kini menjabat Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri.
- Presidential Threshold Membatasi Hak Rakyat Memilih
- BSI Gandeng REI, Pulihkan Ekonomi Masyarakat Lewat Expo
- BNN Sebut Tak Ada Celah Legalisasi Ganja untuk Medis
Baca Juga
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menuturkan, ada beberapa alasan kekosongan gubernur yang akan ditinggal Anies Baswedan itu lebih tepat dilanjutkan Bahtiar. Pertama, latar belakang Bahtiar birokrat yang tidak punya tendensi kedekatan secara personal dengan elite kekuasaan.
"Ini penting karena menjamin netralitas dalam memimpin DKI Jakarta agar tidak ada celah upaya politik 2024 di kontestasi politik,” kata Dedi, seperti diberitakan Kantor Berita Politik RMOL, Kamis, 22 September 2022.
Sementara tokoh lain yang diajukan, kata dia, seperti Heru Budi mempunyai kedekatan personal dengan presiden. “Jika Heru membawa kepentingan kedekatan itu, imbasnya bisa politis," sebutnya.
Alasan kedua, Bahtiar adalah alumni Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) Jatinangor. Latar belakang pendidikan ini membawa Bahtiar memahami batasan dalam mengelola sumber daya manusia di DKI Jakarta, meskipun hanya di masa transisi.
"Ini penting agar seluruh sumber daya di DKI Jakarta tetap bekerja sebagaimana seharusnya, tidak dijadikan sebagai alat dukungan politik di 2024, karena Bahtiar tentu tidak miliki kepentingan politis itu," ujar dia.
Nama pria kelahiran Bone, Sulawesi Selatan 16 Januari 1971 itu mencuat sebagai kandidat Pj Gubernur DKI Jakarta. Dalam rapat pimpinan gabungan (rapimgab) DPRD DKI Jakarta yang digelar pada Selasa (13/9) lalu, ia memperoleh dukungan enam suara dari total sembilan fraksi yang ada di DPRD.
- Anies Analogikan Indonesia seperti Nasib Petani Sering Tekor
- Loyal dan Konsisten di Koalisi Perubahan, AHY Kandidat Kuat Cawapres Anies
- Meski Johnny Plate jadi Tersangka, Anies Pastikan Nasdem Tak Goyang