Jelang Pemilu, Gerak Aceh Latih Fasilitator Demokrasi

Gerak latih fasilitator demokrasi menjelang Pemilu 2024. Foto: Dok GeRAK.
Gerak latih fasilitator demokrasi menjelang Pemilu 2024. Foto: Dok GeRAK.

Gerakan Anti Korupsi (GeRAK) Aceh melatih 20 orang terpilih untuk mengikuti Training of Trainer (ToT) Vocal Point tentang Demokrasi menjelang pesta Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Kegiatan itu digelar di Mata Ie Resort, Sabang, Kamis, 15 September 2022.


ToT ini diikuti oleh 20 vocal point dari dua daerah. Yaitu Banda Aceh dan Bireuen. 20 peserta ini merupakan champion dari beberapa komunitas dampingan GeRAK Aceh yang terdiri dari Inong Balee (mantan pasukan GAM) Bireun, Jurnalis Warga Banda Aceh dan Bireuen, Koalisi Anak Muda Demres Banda Aceh, Koalisi Inklusi Banda Aceh, Generasi Demres Bireun, Penyandang Disabilitas Bireun, Aliansi Inong Banda Aceh, Sekolah Anti Korupsi Bireun, Yayasan Hakka Banda Aceh .

Kegiatan yang akan berlansung tiga hari itu dibuka secara resmi oleh Wali Kota Sabang, Nazaruddin. Dia mengaku senang dengan adanya pelatihan itu. “Semoga melalui pelatihan ini juga para peserta bisa membantu memberikan senyum untuk masyarakat Sabang,” sebutnya.

Koordinator GeRAK Aceh, Askhalani bin Muhammad Amin menjelaskan, tujuan kegiatan tersebut untuk melahirkan fasilitator baru yang akan memfasilitasi komunitasnya masing-masing. Dan kemudian menjadi output dari program democracy resilience yang sedang GeRAK laksanakan sebagai persiapan dan antisipasi menuju pesta demokrasi di Indonesia ada 2024 nantinya.

Askhalani mengatakan, dalam kegiatan itu juga akan dibahas substansi kondisi demokrasi di Aceh dan upaya pemerintah dalam melakukan penguatan demokrasi.

Askhalani berharap para peserta mampu menjadi tokoh baru yang berani berbicara tentang demokrasi terkait isu-isu lokal daerah yang menjadi kepentingan bersama. Sehingga terwujudnya demokrasi yang sehat di Aceh.

“Karena pada momentum di tahun 2024 perlu dicari alternatif dengan melibatkan komponen publik dalam mendorong lahirnya pesta demokrasi yang baik dan terbebas dari sidrom perilaku yang dapat meruntuhkan nilai demokrasi termasuk dalam melawan isu disinformasi atau berita hoaks,” ujar Askhalani.