Jelang Ramadan, Harga Rempah dan Bumbu Dapur di Banda Aceh Mulai Naik 

Beberapa pembeli sedang memilih rempah-rempah di pasar Al Mahirah, Lamdingin, Banda Aceh. Foto: Helena Sari/RMOLAceh.
Beberapa pembeli sedang memilih rempah-rempah di pasar Al Mahirah, Lamdingin, Banda Aceh. Foto: Helena Sari/RMOLAceh.

Dua hari menjelang bulan Ramadan, harga rempah-rempah dan bumbu dapur di sejumlah pasar tradisional mulai naik. Namun ada juga bumbu dapur yang harga masih stabil dan malah mengalami penurunan harga.


Salah seorang pedagang bumbu dapur di pasar Al Mahirah Banda Aceh bernama Ami mengatakan bahwa harga cabai merah keriting mengalami penurunan harga dari sebelumnya Rp 35 Ribu per kilogram (Kg), Saat ini hanya Rp 30 Ribu per kilogram (Kg). Sedangkan bawang putih naik jadi  Rp 32 ribu perkilogram dari sebelumnya Rp 25 ribu per kilogramnya.

"Sementara komoditas lainnya seperti cabe rawit dan bawang merah masih di harga standar yaitu Rp 35 ribu per kilogram," kata Ami kepada Kantor Berita RMOLAceh, Senin, 20 Maret 2023.

Rempah lain yang mengalami kenaikan yaitu cabai kering dan kemiri. Di Pasar Al Mahirah, cabai kering dijual dengan harga Rp 15 ribu per ons dari harga sebelumnya yang hanya Rp 10 ribu per ons. Sedangkan kemiri naik jadi  Rp 70 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp 50 ribu per kilogramnya.

"Rempah lain kayak ketumbar, pala dan lada stabil aja, kami gak jual perkilo, tapi kami jual perbungkus kecil," ujar Lala, salah satu pedagang lainnya. 

Lala mengatakan, para pedagang bumbu sengaja membungkus rempah - rempah dalam bungkusan kecil. Hal tersebut dilakukan penjual disebabkan pembeli biasanya hanya membeli sedikit saja untuk satu kali masak. Semua  jenis rempah tersebut dijual seharga Rp 5 ribu per bungkus.

"Orang suka beli perbungkus karena untuk masak meugang, kalau hari maulid baru mereka beli per ons," kata Lala. 

Lala mengatakan dirinya terpaksa menaikkan harga cabai kering dan kemiri  karena harga dari pemasok juga naik. Namun menurutnya, pembeli tidak mengeluh karena sudah dibungkus dalam bungkusan kecil sejak dulu.

"Apabila harga rempah naik maka penjual tetap menjual Rp 5 ribu, namun mengurangi jumlah rempah sedikit. Ini untuk jaga hati pelanggan," kata Lala. 

Lala juga menjual rempah lainnya seperti kelapa gongseng yang dijual Rp 10 ribu, sedangkan daun salam Rp 2 ribu per balutan. Dia mengaku memasok rempah tersebut dari pasar Lambaro, Aceh Besar. Kemudian menjual kembali di pasar Al Mahirah, sesuai harga yang dijual di pasar Lambaro pula. 

Lala dulunya menjual bumbu dan rempah di pasar Peunayong sebelum akhirnya pindah ke pasar Al Mahirah Lamdingin. Menurutnya pembeli di pasar ini baru ramai dan menguntungkan para pedagang pada momen tertentu, seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan jelang Ramadhan. 

"Saya dulu di Peunayong, ini baru dua tahun, pembeli rempah kurang di sini, kalau hari ini karena meugang ada juga orang, karena jauh kalau pergi kesini," kata dia. 

Pantauan RMOLAceh, sejak hari ini warga sudah mulai berburu daging, bumbu dan rempah untuk persiapan hari meugang, para warga sebagian sibuk memilih daging sebagian sibuk memilah bumbu dan rempah.