Jerald F Dirks, Profesor Alkitab Harvard Yang Menjadi Mualaf

DR Jerald F Dirks. Foto: FB.
DR Jerald F Dirks. Foto: FB.

Jerald F Dirks adalah seorang profesor studi Alkitab Harvard. Dia juga Ketua Dewan Gereja Metodhis Amerika Serikat, Kristen taat. Dia memilih menjadi seorang muslim.


Seperti dikutip dari Inilah, Dirks semenjak remaja aktif dalam organisasi Methodist Youth Fellowship, yang mengantarnya menjadi salah satu pengurus konferensi dan ketua distrik. "Saya juga menjadi ‘penceramah’ tetap dalam acara tahunan Youth Sunday," kata Dirks. Pada usia 17 tahun, ia sudah menjadi mahasiswa di Harvard College. Tekadnya menjadi pastor sudah bulat.

Di Harvard Dirks ijuluki "Hollis Scholar". Dia menjadi salah satu calon mahasiswa teologi yang selalu diperhitungkan di akademinya. Ia lalu menjadi pastor muda di United Methodist Church, dan tak berapa lama kemudian mendapat lisensi sebagai pastor dari gereja tersebut.

Dirks mengenal Islam pada tahun pertama di Harvard Dia mengambil studi perbedaan agama."Saat itu saya mempelajari Islam bersama dengan agama-agama lainnya. Saya tak begitu memperhatikan Islam, karena semuanya tampak sama pada waktu itu dengan ajaran Kristen yang saya anut. Saya lebih tertarik mempelajari agama Hindu dan semacamnya," kata Dirks.

Sampai pada suatu saat, Dirks memelihara beberapa kuda arab dan beberapa dokumen berbahasa Arab yang sulit untuk dibaca Dirks dan istri. Dirks akhirnya meminta bantuan seorang teman asal Arab bernama Jamal.

Saat keduanya sedang asik mengobrol dengan Jamal di rumahnya, Jamal melihat jam tangan dan bertanya kepada Dirks untuk menggunakan kamar mandi. Tanpa ragu, Dirks mempersilahkan Jamal wudhu di kamar mandinya dan mempersilahan Jamal salat di rumah itu.

"Selama pertemuan tersebut dia tidak pernah bilang bahwa aku seorang muslim dan anda nonmuslim. Ataupun berceramah tentang agamanya," kata Dirks. "Tapi tingkah lakunya menjadi teladan dan memberikan kesan yang mendalam."

Itulah momen perkenalannya dengan seorang muslim. Kurang lebih enam bulan bergaul dengan kawan muslim, Dirks makin terkesan dengan cara hidup teman muslimnya. Dirk's mulai mencari buku-buku tentang Islam yang ditulis oleh nonmuslim untuk memuaskan rasa penasarannya terhadap Islam.

Sebagai lulusan dari fakultas Ketuhanan Havard, dan ditasbihkan sebagai ketua Gereja Methodist Amerika Serikat, Dirks mulai mengalami pergolakan dalam diri. Dirks kemudian mengenang saat dirinya dan istri sedang makan di sebuah restoran di Denver dengan masakan khas Suriah. Saat itu pelayannya adalah seorang muslim Amerika Serikat.

Dirks sibuk membaca buku terjemahan Islam sambil menunggu makanan datang. Pelayan restoran dengan sopan menanyakan kepada Dirk's, "apakan kamu seorang muslim?"

Seketika Dirks menjawab, 'tidak.' Suaranya tegas dan keras hingga sang pelayan tak nyaman. Dirks menyesal. "Apa yang terjadi denganku. Wanita muda itu mengajukan pertanyaan yang sama sekali tidak berbahaya. Kenapa aku menjawab dengan keras."

Dirks kemudian mendapat jawaban lain jika ada pertanyaan serupa. Dia akan menjawab dengan panjang dan betele-tele untuk memutar jawaban. Namun Dirks terus belajar tentang Islam. Dia juga ikut puasa Ramadan dan mengerjakan salat 5 waktu.

"Tapi aku tetap bertahan bahwa aku adalah seorang Kristiani yang tipikal," kata Dirks. Dia menjalani dua kehidupan, sebagai seorang nasrani dan muslim dan berpikir semuanya baik-baik saja.

Sampai akhirnya Dirks dan istri melakukan perjalanan ke Timur Tengah dan menginap di rumah salah satu sahabat yang tak biasa berbahasa Inggris. Dirks dan istri juga terbatas kosakata Arab. Dia hanya mengerti kata ya atau tidak.

Suatu waktu, Dirks dan istri diajak ke kamp pengungsi Palestina di Yordania."Kami turun dari mobil dan menyusuri gang sempit. Kami berpapasan dengan seorang tua.".

Orang tua tersebut mengucapkan salam sambil menanyakan pertanyaan yang cukup familiar di telinga Dirks meski dalam bahasa Arab, "apakah kamu seorang muslim?"

Dirks merasa tak lagi mampu menjawab dengan bahasa yang bertele-tele. Alqran, kata Dirks, memberi tahu kita tentang siapa sebaik-baiknya perencana. "Aku diposisikan di mana aku tidak bisa memberi penjelasan yang panjang dan bertele-tele."

Lantas dia menjawab ya untuk pertanyaan itu dalam memilih menjadi seorang muslim. Dirks dan istrinya mengucapkan dua kaliat syahadat sekembalinya dari Timur Tengah.

Dirks memperdalam pengetahuannya tentang Islam antara lain di Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud di Arab Saudi pada 1998. Setahun kemudian, Dirks menunaikan ibadah umrah dan haji.

Sekarang, Dirks yang dikenal dengan nama Islam Abu Yahya. Dia menjadi salah satu cendekiawan muslim yang banyak menulis artikel dan buku tentang keagamaan. Ia juga menjadi memberikan kuliah tentang Islam di beberapa perguruan tinggi di AS serta aktif dalam organisasi muslim di AS, seperti ISNA, ICNA dan MAS.