JK: Jika Tak Ada Perang, Yang Terjadi di Afganistan Adalah Perdamaian

Teguh Santosa dan Muhammad Jusuf Kalla. Foto: RMOL.
Teguh Santosa dan Muhammad Jusuf Kalla. Foto: RMOL.

Perebutan kekuasaan yang dilakukan Taliban dapat berjalan relatif cepat karena pihak-pihak yang bertikai sesungguhnya tidak ingin menyerang satu sama lain. Amerika Serikat dinilai ingin keluar namun sulit mencari cara.


Maka, ketika Taliban bersedia berunding, Amerika Serikat menyambut baik. Tentara Republik Islam Afghanistan yang berjumlah 300 ribu plus 40 ribu tentara komando pun demikian. Mereka tidak ingin berperang dengan saudara mereka, Taliban.

Ketika Amerika Serikat memutuskan untuk memulai proses evakuasi dan demi melihat Taliban datang ke ibukota untuk mengawali transisi, tentara Afghanistan memilih meletakkan senjata.

“Kalau tidak ada perang, ini proses perdamaian,” ujar bekas Wakil Presiden Jusuf Kalla ketika berbicara di program “BlowBack!” bertema “Cerita JK: Taliban Belajar Pancasila”, kemarin malam.

“Saya pernah tanya Ashraf Ghani: ‘Anda siap nggak kalau perang.’ (Jawabnya): ‘Iya, di sini ada 40 ribu komando.’ Tetapi mereka itu tidak mau perang saudara. Makanya pasukan Afghanistan mundur. Dengan Amerika Serikat cease fire artinya tidak perang, dengan pasukan pemerintah juga tidak perang. Kalau dengan kedua-duanya tidak berperang, ini proses damai,” urai JK.

Keterlibatan JK dalam pembicaraan damai Afghanistan dimulai ketika Presiden Ashraf Ghani berkunjung ke Jakarta pada bulan Maret 2017. JK bertemu dan berbicara khusus dengan Ashraf Ghani di Hotel Shangri La selama dua jam. JK membagikan pengalaman Indonesia menghadapi konflik internal yang dapat diselesaikan relatif dengan baik.

Dalam pertemuan itu, JK menggarisbawahi arti penting power sharing peranan Amerika Serikat dalam pembicaran damai dengan Taliban.

Setahun kemudian, di bulan Februari 2018, JK diundang Ashraf Ghani untuk menghadiri konferensi perdamaian di Kabul. Dalam konferensi itulah Ashraf Ghani untuk pertama kali mengajak Taliban bergabung dalam demokrasi Afghanistan.

Selanjutnya pembicaraan-pembicaraan damai dilakukan di Doha, Qatar, melibatkan pemerintah Republik Islam Afghanistan, kelompok Taliban, dan pemerintah AS.

JK juga menceritakan kesulitan yang sempat dihadapi saat dirinya ingin berdialog dengan pemimpin Taliban Mullah Ghani Baradar yang berada di Doha, Qatar.

“Saya undang mereka (ke Jakarta), tapi mereka bilang susah dan tidak bisa datang ke Indonesia karena dianggap teroris oleh PBB. Mullah Baradar di-blacklist. Karena itu saya usahakan dicabut blacklist-nya. Satu minggu blacklist-nya dicabut untuk beberapa orang selama enam bulan. Mullah Baradar ke luar negeri pertama kali ke Indonesia,” ujar JK lagi sambil menambahkan delegasi Taliban telah tiga kali datang ke Indonesia.

JK juga mengatakan, perdamaian sudah seharusnya menjadi milik Afghanistan. Negeri ini, sambung JK, sudah sejak hampir 50 tahu lalu dihumbalang perang. Diawali dari kudeta terhadap Raja terakhir Mohammad Zahir Khan oleh mantan Perdana Menteri Mohammad Daud Khan pada 1973.

Tahun 1978 kelompok sosialis-komunis menggulingkan Daud Khan dan mendirikan pemerintahan yang berkiblat ke Uni Soviet. Di tahun 1979 Uni Soviet menginvasi Afghanistan. Tahun 1989 Uni Soviet yang tidak tahan menghadapi gerilya Mujahiddin yang dibantu Amerika Serikat akhirnya angkat kaki.

Pemerintahan Mujahiddin yang tidak efektif mendorong kelompok pelajar Pashtun penganut paham Islam Deobandi mendirikan Taliban di tahun 1994 dan akhirnya berhasil menggulingkan pemerintahan Abdullah Rabani-Gulbuddin Hekmatyar di tahun 1996. Dan selanjutnya seperti yang telah dicatat dalam sejarah, pada 2001 giliran Aliansi Utara yang didukung Amerika Serikat merebut kekuasaan.

Teguh Santosa, Ceo RMOLnetwork, yang memandu program “BlowBack!”, membuka diskusi dengan sebuah peristiwa penting yang mempertemukan JK dan Joe Biden di Washington DC bulan Februari 2009.

Ketika itu JK menjabat sebagai Wakil Presiden di pemerintahan periode pertama Susilo Bambang Yudhoyono, sementara Joe Biden baru saja dilantik menjadi Wakil Presiden AS mendampingi Presiden Barack Obama.

Dalam pertemuan, Joe Biden sempat kaget karena JK mengatakan dirinya datang menemui Joe Biden bukan untuk meminta bantuan, melainkan untuk menawarkan bantuan. Karena JK tahu, Amerika Serikat memiliki masalah dengan dunia Muslim.

Teguh mengatakan, dirinya menilai apa yang dilakukan JK di Afghanistan, berdialog dengan pemerintah Ashraf Ghani dan Taliban, adalah kelanjutan dari pernyataan yang disampaikan JK dalam pertemuan dengan Joe Biden di tahun 2009 itu.